Selasa, 10 Juli 2012

Kisah : Bukti Sulitnya Melepas Cinta Dunia Walau Ditukar Surga



Di Kota suci Madinah, saat Rasul masih hidup, tersebutlah seorang pria miskin yang sedang melintas di sebuah kebun kurma. Hari itu di merasa lapar dan tidak harta yang dimiliki untuk sekadar membeli makanan. Saat dia berjalan dan melamun di kebun kurma itu tanpa sengaja dia tertubruk dengan jumputan buah kurma yang menjuntai hampir menyentuh tanah. Pria itupun khilaf dan tak kuasa menahan diri memetik dan memakannya.

Saat itu juga kesialan menimpa dirinnya. Perbuatannya itu diketahui pemilik kebun yang segera menghardiknya dan mengacungkan parang. Kesialan itu semakin bertambah karena ternyata pemilik kebun kurma itu sangat kikir. “Aku akan bawa kamu dan adukan kamu kepada Rasulullah. Biar tanganmu dipotong”. Pria miskin itu tidak bisa berbuat banyak karena merasa bersalah. “Tapi apakan tanganku akan dipotong hanya karena sebuah kurma?”. Ia membatin seraya pasrah digiring oleh sang pemilik kebun.

“Ya Rasul potong tangan orang ini. Ia telah mencuri di kebunku!”. Pemilik kebun itu berkata pada Rasulullah seraya menenteng pria miskin di sebelah tangannya. “Apa yang kau curi, wahai saudaraku?” Rasul Saw bertanya dengan penuh kesabaran. ” Maafkan aku yaa Rasulullah. Aku telah mencuri sebutir kurma dari kebun bapak ini. AkuKhilaf, ya Rasul. ..Aku lapar”. Pemuda itu mengiba.

Rasul Saw menghela nafas sejenak. Kali in pandangannya ditujukan kepada sang pemilik kebun. “Hmm…rupanya hanya sebutir kurma. Mengapa tidak kau infakkan saja kepadanya sehingga engkau mendapatkan kebaikan dan pahala yang berlipat?.” Rasul bertanya dan menunggu jawaban dari sang pemilik kebun.”Tidak yaa Rasulullah. Orang ini harus diberi pelajaran. Kalai dibiarkan nanti menjadi kebiasaan. Aku tidak mau menginfakkan kurma itu. Aku memilih agar orang ini dipotong tangannya saja!”. Ia menyergah.

“Infakkan wahai saudaraku…!” Atau maukan kau aku tawarkan yang lebih hebat lagi..?infakkan pohon kurma yang lebat itu, dan engkau akan mendapat surga karenanya..”. Rasul menerbitkan senyum dari sudut bibirnya tanda optimistis menunggu respon dari sang pemilik kebun.

Sang pemilik kebun menerawang sesaat. Kepalanya diangkat ke arah langit. Ia menimbang-nimbang kebenaran janji yang baru saja disebutkan Rasulullah untuknya. Terakhir iapun menghelakan nafas sambil berujar,” Surga ya Rasulullah?!. Apakah sedemikian remeh kau tawarkan surga hanya dengan sebatang kurma?. Tidak…Aku tidak menginginkannya!” Bantah pemikik kebun itu tak percaya.

Rasul Saw tersentak, tak terbayang olehnya kekikiran yang dimiliki oleh salah seorang umatnya. Namun Allah SWT tidak akan membiarkan hati rasul berubah sedih. Lalu terdengar tutur seorang pria yang juga turut hadir dalam kesempatan itu.”Wahai pemilik kebun, apabila engkau tidak mau meneriwa tawaran Rasulullah mengapa tidak engkau jual saja padaku?:

Rasulullah dan pemilik kebun itu tertegun. Pada saat bersamaan keduanya menoleh pada sumber suara. Pemilik kebun itu berkata padanya,” Aku tidak akan menjual pohon kurma itu dengan harga yang murah, wahai saudaraku?’. Kesombongan itu terdengar dalam nada suaranya. “Berapa yang kau minta demi pohon kurma itu?”. Sumber suara menunjukkan keseriusannya.”Aku akan tukar pohon kurma lebatku itu dengan 40 batang pohon kura. Ayo! Bagaimana? Apakah kamu mau membelinya?”

Harga yang amat hebat dan fantastis dan tidak masuk akan. Sebuah harga yang muncul dari sifat kekikiran yang membawa pada ketamakan. Namun kenikmatan surga tidaklah sebanding dengan mahalnya dunia. Pria itu lalu membalas,” Baik, aku akan membeli pohon kurma itu dengan 40 batang kurma yang aku miliki. Bahkan, jika engaku meminta lebih dari itu, aku pun akan membelinya demi mendapatkan surga di akhirat nanti”

Akhirnya dijuallah pohon itu dengan 40 batang pohon kurma lainya. Kemudian pembeli pohon tadi mengikhlaskan kurma yang telah dimakan oleh pria miskin tadi sebagai infak. Sementara si pemilik kebun pelit telah mendapatkan keuntungan dunia yang berkali lipat. Namun karena kekikirannya, ia telah menyia-nyiakan ajakan Rasulullah demi mendapatkan surga di sisi Allah Ta’ala

Kejadian ini kemudian menyebabkan turunnya (asbabun nuzul) beberapa surat Al-Lail

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (٥)وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (٦)فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (٧)وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (٨)وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (٩)فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (١٠)وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى (١١

Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup Serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (QS. Al Lail (92): 5-11

Dengan menyimak kisah ini, kita dapat membuktikan bahwa betapa susahnya untuk melepaskan diri dari kecintaan terhadap dunia. Lihatlah…saat itu yang menawarkan surga adalah Rasulullah langsung. Dan karena harta yang berlimpah dan sangat dicintai, maka kesempatan langkah untuk mendapatkan surga yang tak terkira dan kekal pun dilepaskan. Apalagi di jaman sekarang..Rasulullah telah meninggalkan kita…Dunia semakin penuh kesemrawutan dalam memperebutkan dunia.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar