Senin, 29 Oktober 2012

Kisah Seorang Yahudi yang Mengislamkan Jutaan Orang



Disuatu tempat di Prancis sekitar lima puluh tahun yang lalu, ada seorang berkebangsaan Turki berumur 50 tahun bernama Ibrahim. Ia adalah orangtua yang menjual makanan di sebuah toko makanan. Toko tersebut terletak di sebuah apartemen di mana salah satu penghuninya adalah keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak bernama “Jad” berumur 7 tahun.

Jad, si anak Yahudi Hampir setiap hari mendatangi toko tempat di mana Ibrahim bekerja untuk membeli kebutuhan rumah. Setiap kali hendak keluar dari toko –dan Ibrahim dianggapnya lengah– Jad selalu mengambil sepotong cokelat milik Ibrahim tanpa seizinnya.

Pada suatu hari usai belanja, Jad lupa tidak mengambil cokelat ketika mau keluar, kemudian tiba-tiba Ibrahim memanggilnya dan memberitahu kalau ia lupa mengambil sepotong cokelat sebagaimana kebiasaannya. Jad kaget, karena ia mengira bahwa Ibrahim tidak mengetahui apa yang ia lakukan selama ini. Ia pun segera meminta maaf dan takut jika saja Ibrahim melaporkan perbuatannya tersebut kepada orangtuanya.

“Tidak apa, yang penting kamu berjanji untuk tidak mengambil sesuatu tanpa izin, dan setiap saat kamu mau keluar dari sini, ambillah sepotong cokelat, itu adalah milikmu”, ujar Jad sebagai tanda persetujun.

Waktu berlalu, tahun pun berganti dan Ibrahim yang seorang Muslim kini menjadi layaknya seorang ayah dan teman akrab bagi Jad si anak Yahudi

Sudah menjadi kebiasaan Jad saat menghadapi masalah, ia selalu datang dan berkonsultasi kepada Ibrahim. Dan setiap kali Jad selesai bercerita, Ibrahim selalu mengambil sebuah buku dari laci, memberikannya kepada Jad dan kemudian menyuruhnya untuk membukanya secara acak. Setelah Jad membukanya, kemudian Ibrahim membaca dua lembar darinya, menutupnya dan mulai memberikan nasehat dan solusi dari permasalahan Jad.

Beberapa tahun pun berlalu dan begitulah hari-hari yang dilalui Jad bersama Ibrahim, seorang Muslim Turki yang tua dan tidak berpendidikan tinggi.

14 Tahun Berlalu

Jad kini telah menjadi seorang pemuda gagah dan berumur 24 tahun, sedangkan Ibrahim saat itu berumur 67 tahun.

Alkisah, Ibrahim akhirnya meninggal, namun sebelum wafat ia telah menyimpan sebuah kotak yang dititipkan kepada anak-anaknya di mana di dalam kotak tersebut ia letakkan sebuah buku yang selalu ia baca setiap kali Jad berkonsultasi kepadanya. Ibrahim berwasiat agar anak-anaknya nanti memberikan buku tersebut sebagai hadiah untuk Jad, seorang pemuda Yahudi.

Jad baru mengetahui wafatnya Ibrahim ketika putranya menyampaikan wasiat untuk memberikan sebuah kotak. Jad pun merasa tergoncang dan sangat bersedih dengan berita tersebut, karena Ibrahim-lah yang selama ini memberikan solusi dari semua permasalahannya,  dan Ibrahim lah satu-satunya teman sejati baginya.

Hari-haripun berlalu, Setiap kali dirundung masalah, Jad selalu teringat Ibrahim. Kini ia hanya meninggalkan sebuah kotak. Kotak yang selalu ia buka, di dalamnya tersimpan sebuah buku yang dulu selalu dibaca Ibrahim setiap kali ia mendatanginya.

Jad lalu mencoba membuka lembaran-lembaran buku itu, akan tetapi kitab itu berisikan tulisan berbahasa Arab sedangkan ia tidak bisa membacanya. Kemudian ia pergi ke salah seorang temannya yang berkebangsaan Tunisia dan memintanya untuk membacakan dua lembar dari kitab tersebut. Persis sebagaimana kebiasaan Ibrahim dahulu yang selalu memintanya membuka lembaran kitab itu dengan acak saat ia datang berkonsultasi.

Teman Tunisia tersebut kemudian membacakan dan menerangkan makna dari dua lembar yang telah ia tunjukkan. Dan ternyata, apa yang dibaca oleh temannya itu, mengena persis ke dalam permasalahan yang dialami Jad kala itu. Lalu Jad bercerita mengenai permasalahan yang tengah menimpanya, Kemudian teman Tunisianya itu memberikan solusi kepadanya sesuai apa yang ia baca dari kitab tersebut.

Jad pun terhenyak kaget, kemudian dengan penuh rasa penasaran ini bertanya, “Buku apa ini?”

Ia menjawab, “Ini adalah Al-Qur’an, kitab sucinya orang Islam!”

Jad sedikit tak percaya, sekaligus merasa takjub,

Jad lalu kembali bertanya, “Bagaimana caranya menjadi seorang muslim?”

Temannya menjawab, “Mengucapkan syahadat dan mengikuti syariat!”

Setelah itu, dan tanpa ada rasa ragu, Jad lalu mengucapkan Syahadat, ia pun kini memeluk agama Islam!

Islamkan 6 juta orang

Kini Jad sudah menjadi seorang Muslim, kemudian ia mengganti namanya menjadi Jadullah Al-Qur’ani sebagai rasa takdzim atas kitab Al-Qur’an yang begitu istimewa dan mampu menjawab seluruh problema hidupnya selama ini. Dan sejak saat itulah ia memutuskan akan menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi menyebarkan ajaran Al-Qur’an.

Mulailah Jadullah mempelajari Al-Qur’an serta memahami isinya, dilanjutkan dengan berdakwah di Eropa hingga berhasil mengislamkan enam ribu Yahudi dan Nasrani.

Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembaran Al-Qur’an hadiah dari Ibrahim itu. Tiba-tiba ia mendapati sebuah lembaran bergambarkan peta dunia. Pada saat matanya tertuju pada gambar benua Afrika, nampak di atasnya tertera tanda tangan Ibrahim dan dibawah tanda tangan itu tertuliskan ayat. Iapun yakin bahwa ini adalah wasiat dari Ibrahim dan ia memutuskan untuk melaksanakannya.

Beberapa waktu kemudian Jadullah meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah ke negara-negara Afrika yang di antaranya adalah Kenya, Sudan bagian selatan (yang mayoritas penduduknya adalah Nasrani), Uganda serta negara-negara sekitarnya. Jadullah berhasil mengislamkan lebih dari 6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zulu, ini baru satu suku, belum dengan suku-suku lainnya.

Akhir Hayat Jadullah

Jadullah Al-Qur’ani, seorang Muslim sejati, da’i hakiki, menghabiskan umur 30 tahun sejak keislamannya untuk berdakwah di negara-negara Afrika yang gersang dan berhasil mengislamkan jutaan orang.

Jadullah wafat pada tahun 2003 yang sebelumnya sempat sakit. Kala itu beliau berumur 45 tahun, beliau wafat dalam masa-masa berdakwah.

Kisah pun belum selesai

Ibu Jadullah Al-Qur’ani adalah seorang wanita Yahudi yang fanatik, ia adalah wanita berpendidikan dan dosen di salah satu perguruan tinggi. Ibunya baru memeluk Islam pada tahun 2005, dua tahun sepeninggal Jadullah yaitu saat berumur 70 tahun.

Sang ibu bercerita bahwa –saat putranya masih hidup– ia menghabiskan waktu selama 30 tahun berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan putranya agar kembali menjadi Yahudi dengan berbagai macam cara, dengan segenap pengalaman, kemapanan ilmu dan kemampuannya, akan tetapi ia tidak dapat mempengaruhi putranya untuk kembali menjadi Yahudi. Sedangkan Ibrahim, seorang Muslim tua yang tidak berpendidikan tinggi, mampu melunakkan hatinya untuk memeluk Islam, hal ini tidak lain karena Islamlah satu-satunya agama yang benar.

Yang menjadi pertanyaannya, “Mengapa Jad si anak Yahudi memeluk Islam?”

Jadullah Al-Qur’ani bercerita bahwa Ibrahim yang ia kenal selama 17 tahun tidak pernah memanggilnya dengan kata-kata: “Hai orang kafir!” atau “Hai Yahudi!” bahkan Ibrahim tidak pernah untuk sekedar berucap: “Masuklah agama Islam!”

Bayangkan, selama 17 tahun Ibrahim tidak pernah sekalipun mengajarinya tentang agama, tentang Islam ataupun tentang Yahudi. Seorang tua Muslim sederhana itu tak pernah mengajaknya diskusi masalah agama. Akan tetapi ia tahu bagaimana menuntun hati seorang anak kecil agar terikat dengan akhlak Al-Qur’an.

Kemudian dari kesaksian Dr. Shafwat Hijazi (salah seorang dai kondang Mesir) yang suatu saat pernah mengikuti sebuah seminar di London dalam membahas problematika Darfur serta solusi penanganan dari kristenisasi, beliau berjumpa dengan salah satu pimpinan suku Zolo. Saat ditanya apakah ia memeluk Islam melalui Jadullah Al-Qur’ani?, ia menjawab; tidak! namun ia memeluk Islam melalui orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur’ani.

Subhanallah, akan ada berapa banyak lagi orang yang akan masuk Islam melalui orang-orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur’ani. Dan Jadullah Al-Qur’ani sendiri memeluk Islam melalui tangan seorang muslim tua berkebangsaan Turki yang tidak berpendidikan tinggi, namun memiliki akhlak yang jauh dan jauh lebih luhur dan suci.

Begitulah hikayat tentang Jadullah Al-Qur’ani, kisah ini merupakan kisah nyata yang penulis dapatkan kemudian penulis terjemahkan dari catatan Almarhum Syeikh Imad Iffat yang dijuluki sebagai “Syaikh Kaum Revolusioner Mesir”. Beliau adalah seorang ulama Al-Azhar dan anggota Lembaga Fatwa Mesir yang ditembak syahid dalam sebuah insiden di Kairo pada hari Jumat, 16 Desember 2011 silam.

Kisah nyata ini layak untuk kita renungi bersama di masa-masa penuh fitnah seperti ini. Di saat banyak orang yang sudah tidak mengindahkan lagi cara dakwah Qur’ani. Mudah mengkafirkan, fasih mencaci, mengklaim sesat, menyatakan bid’ah, melaknat, memfitnah, padahal mereka adalah sesama muslim.

Dulu da’i-da’i kita telah berjuang mati-matian menyebarkan Tauhid dan mengislamkan orang-orang kafir, namun kenapa sekarang orang yang sudah Islam malah justru dikafir-kafirkan dan dituduh syirik? Bukankah kita hanya diwajibkan menghukumi sesuatu dari yang tampak saja? Sedangkan masalah batin biarkan Allah yang menghukumi nanti. Kita sama sekali tidak diperintahkan untuk membelah dada setiap manusia agar mengetahui kadar iman yang dimiliki setiap orang.

Bayangkan, Fir’aun yang jelas-jelas kafir laknatullah, namun saat dakwah dengan orang seperti ia pun harus tetap dengan kata-kata yang lemah lembut, tanpa menyebut dia Kafir Laknatullah! Lalu apakah kita yang hidup di dunia sekarang ini ada yang lebih Islam dari Nabi Musa dan Nabi Harun? Atau adakah orang yang saat ini lebih kafir dari Fir’aun, di mana Al-Qur’an pun merekam kekafirannya hingga kini?

Lantas alasan apa bagi kita untuk tidak menggunakan dahwah dengan metode Al-Qur’an? Yaitu dengan Hikmah, Nasehat yang baik, dan Diskusi menggunakan argumen yang kuat namun tetap sopan dan santun?

Maka dalam dakwah yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana cara kita agar mudah menyampaikan kebenaran Islam ini.

Oleh karenanya, jika sekarang kita dapati ada orang yang kafir, bisa jadi di akhir hayatnya Allah akan memberi hidayah kepadanya sehingga ia masuk Islam.

Bukankah Umar bin Khattab dulu juga pernah memusuhi Rasulullah? Namun Allah berkehendak lain, sehingga Umar pun mendapat hidayah dan akhirnya memeluk Islam. Lalu jika sekarang ada orang muslim, bisa jadi di akhir hayatnya Allah mencabut hidayah darinya sehingga ia mati dalam keadaan kafir.

Karena sesungguhnya dosa pertama yang dilakukan iblis adalah sombong dan angkuh serta merasa diri sendiri paling suci sehingga tak mau menerima kebenaran Allah dengan sujud hormat kepada nabi Adam. Oleh karena itu, bisa jadi Allah mencabut hidayah dari seorang muslim yang tinggi hati lalu memberikannya kepada seorang kafir yang rendah hati. Segalanya tiada yang mustahil bagi Allah.




Sumber: http://hajingfai.blogspot.com/2012/07/kisah-seorang-yahudi-yang-mengislamkan.html#ixzz2Afy5LWEU

Kamis, 06 September 2012

Empat Anak Kembar Ini Dibedakan dari Angka di Kepala



 GUANGDONG - Punya empat anak kembar ternyata membingungkan. Buktinya, Tan Chaoyun mencukur rambut keempat putra kembarnya dengan angka satu sampai empat, untuk membantu guru dan teman sekelas di sekolah membedakan mereka.

Ibu dari Shenzen, Provinsi Guangdong, Cina melakukan itu karena khawatir anak-anaknya akan tertukar dengan anak lain.

"Anak-anak saya identik, bahkan bagi saya," kata Tan, yang menganggap satu-satunya perbedaan di antara keempat putranya adalah bentuk kelopak mata mereka.

Sebelum mereka berumur 18 tahun, lanjut Tan, keempat putranya bisa dibedakan dari tag di pergelangan kaki mereka. Sekarang, suaminya bahkan tidak bisa membedakan satu di antara yang lain.

"Kadang-kadang, suami saya menghukum anak yang kedua, untuk sesuatu yang anak ketiga telah lakukan," jelasnya, seperti diwartakan The Mirror, Jumat (7/9/2012). (*)

 

 

 

Sumber

Jumat, 03 Agustus 2012

Masya Allah! Ibu Ini Melahirkan Bayi di Tengah Jalan



Melahirkan seorang bayi adalah anugerah dan momentum paling bersejarah dalam kehidupan seorang wanita.

Tapi, siapa sangka kalau momentum bersejarah itu harus terjadi di sebuah tempat yang tak layak untuk melahirkan.


Disaksikan Banyak Orang, Persalinan Darurat itu Berjalan Sukses
Itulah yang dialami seorang ibu di Guangzhou, ibukota Propinsi Guangdong, China, yang harus melahirkan bayinya di tengah trotoar dengan disaksikan masyarakat umum, pada Jumat (13/07) lalu.

Dilansir dari Dailymail, peristiwa itu terjadi saat wanita itu ditemani suaminya dalam perjalanan menuju ke ke rumah sakit.

Mendadak, wanita itu merasakan mules yang luar biasa di perutnya dan sudah tidak tahan lagi, karena sang jabang bayi sudah ingin keluar dari rahim ibunya.

Karena panik sementara rumah sakit yang dituju masih lumayan jauh, sang suami lari mencari bantuan ke klinik medis terdekat.

Sial! Klinik terdekat itu ternyata sebuah klinik gigi yang tak bisa melayani persalinan.

Tak kenal menyerah, suami dibantu masyarakat sekitar akhirnya membantu proses persalinan darurat itu di tengah trotoar.

Si suami mengkomandoi istrinya untuk melakukan proses persalinan dan akhirnya sang jabang bayi itu terlahir ke dunia.

Seketika itu, ibunya langsung lemas dan tak lama kemudian keduanya dibantu warga sekitar mengantar ibu dan bayinya ke rumah sakit.

Seorang saksi mata dikutip Dailymail menyebut, “Wanita tidak dapat menahan bayinya sehingga suaminya meletakkan mantel dan beberapa lembar yang disediakan warga dan melakukan apa yang seharus dilakukan. Luar biasa dan bayinya selamat”.
 
 
 
Sumber

Ibu ini Menggendong Anaknya yang Cacat Tiap Hari ke Sekolah



Betapa besarnya kasih dan pengorbanan seorang ibu...

Muslikah setiap hari harus menggendong anaknya Diky Syaputra berjalan kaki dan bersandal jepit ke sekolah. Jarak rumah di Desa Tanjung Aur, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur, Jambi ke sekolah sekitar 3-4 kilometer.



 Muslikah dan Dicky yang digendong tiap hari / langitperempuan.com






Diky Syaputra yang kini berumur 9 tahun itu menderita kelumpuhan sejak lahir. Namun semangatnya belajar tinggi. Karena itulah, sang bunda Muslikah selalu bersemangat menggendong Diky anak kesayangannya belajar di SDN 13 Maje.

Ketika tiba di sekolah, Diky belajar. Sementara bunda Muslikah menunggu di luar hingga Diky selesai sekolah dan kembali ke rumah. Perjuangan perempuan paruh baya ini tak pernah sia-sia karena Diky tergolong anak yang cerdas.

Kepala sekolah SDN 13 Maje, Sumaryana mengatakan Diky termasuk salah satu murid yang cerdas dan mempunyai semangat belajar tinggi. Keinginan Diky belajar di sekolah, bukan karena suruhan orangtuanya tapi karena keinginannya sendiri. Sejak Diky meminta bersekolah, sang ayah Wagiman yang petani itu meminta istrinya Muslikah berkonsentrasi pada pendidikan anak kesayangannya itu.

Berkat semangatnya yang tak pernah padam itu, pemerintah Kabupaten Kaur, menobatkan Muslikah sebagai Srikandi Pendidikan. Penobatan dilakukan saat memperingati hari jadi Kabupaten Kaur ke-9 di desa tertinggal Bukit Indah, Kecamatan Nasal.

“Saya melihat sendiri tahun lalu saat berkampanye untuk menjadi calon bupati Kaur, keuletan ibu rumahtangga seorang petani kurang berhasil itu menjadi tonggak sejarah pendidik,” kata Bupati Kaur, Hermen Malik.

Pada penobatan Srikandi Pendidikan itu, Muslikah mendapat beberapa bantuan dari pemerintah daerah. Bantuan tersebut antara lain sebuah generator listrik, laptop, meja belajar dan perangkat sekolah.

Bunda Muslikah bersyukur anaknya senang sekolah dan tidak hanya sekadar diam di rumah meratapi kecacatan fisiknya. Entah sampai kapan sang ibu mampu mengantar-jemput Diky sekolah. Namun yang pasti, pasangan suami istri Wagiman dan Muslikah sangat ingin Diky Syaputra bisa meraih cita-citanya sekolah hingga ke tingkat universitas mendalami bidang elektronik yang menjadi kegemaran Diky.


 
 
 

Kamis, 02 Agustus 2012

Rindu Rumah, Bocah 11 Tahun Jalan Kaki 11 Hari di Jalan Tol

Seorang bocah 11 tahun hanya bermodal 24 yuan (setara 35 ribu Rupiah) berjalan kaki selama 11 hari sepanjang 150 km di atas jalan tol.

Wu, demikian namanya. Ia tinggal di rumah neneknya di propinsi Jianxi. Orang tuanya bekerja di kota Shishi, propinsi Fujian.




Awal Juli 2012, Wu dibawa untuk tinggal bersama orang tuanya di Shishi. Namun ia tak kerasan tinggal bersama ayah-ibunya, karena sang ayah terlalu membebani dengan banyak pekerjaan rumah.

Akhirnya, tanggal 14 Juli Wu mengambil uang 4 yuan dari dalam laci dan meninggalkan rumah. Tujuannya hanya satu, kembali ke rumah nenek.

Setelah keluar rumah, ia bingung tak tahu cara melaksanakan keinginannya. Maka Wu memutuskan berjalan di jalan tol, yang ia percaya itu satu-satunya jalan menuju rumah nenek. Yang penting ia harus berjalan secepat mungkin menuju propinsi Jiangxi agar cepat sampai.

Saat malam tiba, ia tidur di area parkir darurat (semacam tempat istirahat / rest area).

Ia sempat bingung. Uang di kantongnya hanya 4 yuan, mana cukup untuk membeli makan dan minum? Untunglah di hari pertama perjalanannya, Wu bertemu orang yang mau memberinya sedekah sebanyak 20 yuan.


Selama 11 hari perjalanan, Wu hanya bisa membeli 5 botol air mineral dan 2 potong roti. Saat bekal minumannya habis, ia terpaksa meminum air keran yang ada di rest area.

Pada tanggal 24 Juli, seorang pekerja jalan tol melihatnya. Tubuh Wu sudah hitam, berdebu, dan penuh memar. bocah ini pun segera diserahkan kepada kepolisian setempat.

Kepada polisi, Wu menceritakan semuanya.

"Awalnya saya sangat takut karena mobil-mobil berkecepatan tinggi bersliweran di depan saya, tapi akhirnya saya jadi terbiasa," katanya kepada polisi.

Akhirnya Wu dijemput orang tuanya di kantor polisi, kemudian dibawa ke rumah sakit.

 

 

 

 

Sumber

Minggu, 22 Juli 2012

Iblis, Di atas Sajadah


Siang menjelang dzuhur. Salah satu Iblis ada di Masjid. Kebetulan hari itu Jum'at, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada dalam Masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan. Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air.


Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di setiap sajadah.


"Hai, Blis!", panggil seorang Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu.

Iblis merasa terusik : "Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam Masjid ini!", jawab Iblis ketus.


"Ini rumah Allah, Iblis! Tempat yang suci, Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!", Kiai mencoba mengusir.

"Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru". Kiai tercenung.

"Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu".


"Dengan apa?" tanya sang kyai

"Dengan sajadah!"


"Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Blis?"

"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!"


"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,Blis?"

"Bukan itu saja Kiai..."

"Lalu?"


"Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar"


"Untuk apa?"

"Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang Kau pimpin, Kiai! Selain itu, Saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan sajadah".


Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus. Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya.


Keduanya masih melakukan sholat sunnah.

"Nah, lihat itu Kiai!", Iblis memulai dialog lagi.

"Yang mana?"


"Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka".

Iblis lenyap. Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf.


Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya. Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa.


Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadian-kejadian itu beberapa kali terihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil. Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas.


Pemilik sajadah lebar, diindentikan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang berkuasa.


Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.

"Astaghfirullahal adziiiim ", ujar sang Kiai pelan.




 
 
 
 

Selasa, 10 Juli 2012

Kisah : Bukti Sulitnya Melepas Cinta Dunia Walau Ditukar Surga



Di Kota suci Madinah, saat Rasul masih hidup, tersebutlah seorang pria miskin yang sedang melintas di sebuah kebun kurma. Hari itu di merasa lapar dan tidak harta yang dimiliki untuk sekadar membeli makanan. Saat dia berjalan dan melamun di kebun kurma itu tanpa sengaja dia tertubruk dengan jumputan buah kurma yang menjuntai hampir menyentuh tanah. Pria itupun khilaf dan tak kuasa menahan diri memetik dan memakannya.

Saat itu juga kesialan menimpa dirinnya. Perbuatannya itu diketahui pemilik kebun yang segera menghardiknya dan mengacungkan parang. Kesialan itu semakin bertambah karena ternyata pemilik kebun kurma itu sangat kikir. “Aku akan bawa kamu dan adukan kamu kepada Rasulullah. Biar tanganmu dipotong”. Pria miskin itu tidak bisa berbuat banyak karena merasa bersalah. “Tapi apakan tanganku akan dipotong hanya karena sebuah kurma?”. Ia membatin seraya pasrah digiring oleh sang pemilik kebun.

“Ya Rasul potong tangan orang ini. Ia telah mencuri di kebunku!”. Pemilik kebun itu berkata pada Rasulullah seraya menenteng pria miskin di sebelah tangannya. “Apa yang kau curi, wahai saudaraku?” Rasul Saw bertanya dengan penuh kesabaran. ” Maafkan aku yaa Rasulullah. Aku telah mencuri sebutir kurma dari kebun bapak ini. AkuKhilaf, ya Rasul. ..Aku lapar”. Pemuda itu mengiba.

Rasul Saw menghela nafas sejenak. Kali in pandangannya ditujukan kepada sang pemilik kebun. “Hmm…rupanya hanya sebutir kurma. Mengapa tidak kau infakkan saja kepadanya sehingga engkau mendapatkan kebaikan dan pahala yang berlipat?.” Rasul bertanya dan menunggu jawaban dari sang pemilik kebun.”Tidak yaa Rasulullah. Orang ini harus diberi pelajaran. Kalai dibiarkan nanti menjadi kebiasaan. Aku tidak mau menginfakkan kurma itu. Aku memilih agar orang ini dipotong tangannya saja!”. Ia menyergah.

“Infakkan wahai saudaraku…!” Atau maukan kau aku tawarkan yang lebih hebat lagi..?infakkan pohon kurma yang lebat itu, dan engkau akan mendapat surga karenanya..”. Rasul menerbitkan senyum dari sudut bibirnya tanda optimistis menunggu respon dari sang pemilik kebun.

Sang pemilik kebun menerawang sesaat. Kepalanya diangkat ke arah langit. Ia menimbang-nimbang kebenaran janji yang baru saja disebutkan Rasulullah untuknya. Terakhir iapun menghelakan nafas sambil berujar,” Surga ya Rasulullah?!. Apakah sedemikian remeh kau tawarkan surga hanya dengan sebatang kurma?. Tidak…Aku tidak menginginkannya!” Bantah pemikik kebun itu tak percaya.

Rasul Saw tersentak, tak terbayang olehnya kekikiran yang dimiliki oleh salah seorang umatnya. Namun Allah SWT tidak akan membiarkan hati rasul berubah sedih. Lalu terdengar tutur seorang pria yang juga turut hadir dalam kesempatan itu.”Wahai pemilik kebun, apabila engkau tidak mau meneriwa tawaran Rasulullah mengapa tidak engkau jual saja padaku?:

Rasulullah dan pemilik kebun itu tertegun. Pada saat bersamaan keduanya menoleh pada sumber suara. Pemilik kebun itu berkata padanya,” Aku tidak akan menjual pohon kurma itu dengan harga yang murah, wahai saudaraku?’. Kesombongan itu terdengar dalam nada suaranya. “Berapa yang kau minta demi pohon kurma itu?”. Sumber suara menunjukkan keseriusannya.”Aku akan tukar pohon kurma lebatku itu dengan 40 batang pohon kura. Ayo! Bagaimana? Apakah kamu mau membelinya?”

Harga yang amat hebat dan fantastis dan tidak masuk akan. Sebuah harga yang muncul dari sifat kekikiran yang membawa pada ketamakan. Namun kenikmatan surga tidaklah sebanding dengan mahalnya dunia. Pria itu lalu membalas,” Baik, aku akan membeli pohon kurma itu dengan 40 batang kurma yang aku miliki. Bahkan, jika engaku meminta lebih dari itu, aku pun akan membelinya demi mendapatkan surga di akhirat nanti”

Akhirnya dijuallah pohon itu dengan 40 batang pohon kurma lainya. Kemudian pembeli pohon tadi mengikhlaskan kurma yang telah dimakan oleh pria miskin tadi sebagai infak. Sementara si pemilik kebun pelit telah mendapatkan keuntungan dunia yang berkali lipat. Namun karena kekikirannya, ia telah menyia-nyiakan ajakan Rasulullah demi mendapatkan surga di sisi Allah Ta’ala

Kejadian ini kemudian menyebabkan turunnya (asbabun nuzul) beberapa surat Al-Lail

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (٥)وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (٦)فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (٧)وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (٨)وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (٩)فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (١٠)وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى (١١

Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup Serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (QS. Al Lail (92): 5-11

Dengan menyimak kisah ini, kita dapat membuktikan bahwa betapa susahnya untuk melepaskan diri dari kecintaan terhadap dunia. Lihatlah…saat itu yang menawarkan surga adalah Rasulullah langsung. Dan karena harta yang berlimpah dan sangat dicintai, maka kesempatan langkah untuk mendapatkan surga yang tak terkira dan kekal pun dilepaskan. Apalagi di jaman sekarang..Rasulullah telah meninggalkan kita…Dunia semakin penuh kesemrawutan dalam memperebutkan dunia.

Sumber

Senin, 09 Juli 2012

Inilah 12 Kaum Binasa Yang Di Abadikan Dalam Al Quran



 
Dalam Alquran, banyak sekali diceritakan kisah-kisah umat terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena mereka mengingkari utusan-Nya dan melakukan berbagai penyimpangan yang telah dilarang. Berikut adalah kaum-kaum yang dibinasakan.

 
1. Kaum Nabi Nuh

Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh. Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh (QS Al-Ankabut : 14).

 
2. Kaum Nabi Hud

Nabi Hud diutus untuk kaum 'Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (QS Attaubah: 70, Alqamar: 18, Fushshilat: 13, Annajm: 50, Qaaf: 13).

 
3. Kaum Tsamud (Kaum Nabi Saleh)

Nabi Saleh diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Saleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Namun, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka (QS ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).

 
4. Kaum Nabi Luth

Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyimpang, yaitu hanya mau menikah dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian). Kendati sudah diberi peringatan, mereka tak mau bertobat. Allah akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth ini akhirnya tertimbun di bawah reruntuhan rumah mereka sendiri (QS Alsyu'araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38, Qaf: 12).

 
5. Penduduk Madyan (Kaum Nabi Syu'aib)

Nabi Syuaib diutuskan kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Allah karena mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Allah pun mengazab mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Kendati mereka berlindung di tempat yang teduh, hal itu tak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya, mereka binasa (QS Attaubah: 70, Alhijr: 78, Thaaha: 40, dan Alhajj: 44).


Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus kepada penduduk Aikah. Mereka menyembah sebidang padang tanah yang pepohonannya sangat rimbun. Kaum ini menurut sebagian ahli tafsir disebut pula dengan penyembah hutan lebat (Aikah) (QS AlHijr: 78, Alsyu'araa: 176, Shaad: 13, Qaaf: 14).

 
6. Firaun

Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun malah mengaku sebagai tuhan. Ia akhirnya tewas di Laut Merah dan jasadnya berhasil diselamatkan. Hingga kini masih bisa disaksikan di museum mumi di Mesir (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).

 
7. Ashabus-Sabt

Mereka adalah segolongan fasik yang tinggal di Kota Eliah, Elat (Palestina). Mereka melanggar perintah Allah untuk beribadah pada hari Sabtu. Allah menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu dan tidak ada ikan pada hari lainnya. Mereka meminta rasul Allah untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Mereka akhirnya dibinasakan dengan dilaknat Allah menjadi kera yang hina (QS Al-A'raaf: 163).

 
8. Ashabur Rass

Rass adalah nama sebuah telaga yang kering airnya. Nama Al-Rass ditujukan pada suatu kaum. Konon, nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Saleh. Namun, ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib.


Sementara itu, yang lainnya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebut bin Shofwan). Mereka menyembah patung. Ada pula yang menyebutkan, pelanggaran yang mereka lakukan karena mencampakkan utusan yang dikirim kepada mereka ke dalam sumur sehingga mereka dibinasakan Allah (Qs Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12).

 
9. Ashabul Ukhdudd

Ashab Al-Ukhdud adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Allah, termasuk rajanya. Sementara itu, sekelompok orang yang beriman diceburkan ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yanga tengah menggendong seorang bayi. Mereka dikutuk oleh Allah SWT (QS Alburuuj: 4-9).

 
10. Ashabul Qaryah

Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah. Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras (QS Yaasiin: 13).

 
11. Kaum Tubba'

Tubaa' adalah nama seorang raja bangsa Himyar yang beriman. Namun, kaumnya sangat ingkar kepada Allah hingga melampaui batas. Maka, Allah menimpakan azab kepada mereka hingga binasa. Peradaban mereka sangat maju. Salah satunya adalah bendungan air (QS Addukhan: 37).

 
12. Kaum Saba

Mereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pepohonan untuk kemakmuran rakyat Saba. Karena mereka enggan beribadah kepada Allah walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman, akhirnya Allah menghancurkan bendungan Ma'rib dengan banjir besar (Al-Arim) (QS Saba: 15-19).

 
 
 


Rabu, 20 Juni 2012

DOA ANAK YATIM MENYEMBUKAN AMNESIA



Setelah didoakanya, sebuah keajaiban tiba-tiba terjadi. Aku yang semula mengalami nyeri kepala dan sekujur tubuh terasa pegal dan linu, pelan-pelan mulai pulih kembali. Aku yang sebelumnya tidak mengenal siapa-siapa, setelah itu mulai bisa mengenal orang satu persatu; mulai dari keluarga hingga teman-teman dekatku. Sedikit demi sedikit, memoriku kembali pulih, daya ingatku bekerja kembali. Aku pun kembali belajar mengenali, menulis dan menghapal nama teman-temanku.

Firman Allah swt dalam surat. al-Maa`un di atas kiranya tak perlu disangsikan lagi. Dia yang Maha Agung begitu tegas mewanti-wanti hamba-Nya untuk tidak menghardik anak yatim. Sebab, bila hal itu dilanggar kelak sebuah balasan Allah bisa saja terjadi.

Dan sebagai bahan teguran dan peringatan, tak sedikit kisah orang-orang yang mendapatkan balasan Allah lantaran menghardik anak yatim itu. Berkat kekuasaan-Nya yang tidak terbatas, kita bisa saja mengalami suatu hal yang tidak pernah kita duga-duga. Pasalnya, anak yatim itu anak yang tengah dititipkanAllah untuk kita sayangi dan santuni, bukan sebaliknya, kita sakiti.

Anehnya, kita kerapkali baru tersadar dengan peringatan Allah itu setelah titah-Nya kita langgar. Hal inilah yang pernah kualami kurang lebih delapan tahun yang lalu. Akibat menghardik anak yatim yang masih sepupuku, aku pun mendapat balasan Allah. Aku mengalami kecelakaan. Aku pun sempat hilang ingatan. Aku amnesia.

Untung, sepupuku yang yatim itu mau memaafkanku. Ia mau mendoakan untuk kesembuhanku. Atas kuasa Allah dan berkat doa sepupuku itu, aku sembuh dan sadar kembali. Berikut ini kisahku yang semoga menjadi bahan pelajaran untuk pembaca lainnya.

Tidak Membelikan Tas

Peristiwa ini terjadi sekitar 8 tahun yang lalu. Saat itu, aku masih seorang remaja yang baru gede (ABG). Sebagaimana lazimnya remaja yang suka bersenang-senang, demikian pula diriku. Kesenangan itulah yang membuatku kerap tidak menghiraukan hak-hak orang lain, termasuk hak anak yatim yang seharusnya dimuliakan.

Syahdan, suatu hari, Siti Rahayu, perempuan yatim yang juga sepupuku, menitipkan uang kepadaku untuk dibelikan tas punggung. Tapi, amanah yang diberikannya itu justru tidak kutunaikan. Lebih dari itu, aku malah menggunakan uang titipanya untuk bersenang-senang. Bersama teman-teman, kugunakan uangnya untuk berfoya-foya.

Waktu berlalu. Tibalah saat Rahayu menagih tas titipannya. “Ucu, mana tas titipanku kemarin?”

Tentu saja, aku blingsatan atas pertanyaanya itu. Aku bingung menjawab sejujurnya. Sejenak, aku terdiam, memikirkan apa yang harus kulakukan. Akhirnya, aku tidak menjawab sepatah kata pun.

“Ucu, mana tas itu?” sepupuku kembali bertanya, penasaran.

Dan bingung masih menyergapku. Apa yang harus kukatakan. Aku pun kembali terdiam. Ia kian penasaran dan terus merangsek diriku untuk cepat menjawabnya. Akhirnya aku pun menjawab sembarangan dan asal-asalan, “Aku belum membelikan tas itu. Mungkin besok…”

“Kenapa tidak segera kau belikan? Pasti kamu tidak mau membelikannya karena aku tidak memberimu uang lebih untuk ongkos jalanmu, ya?”

Ucapan sepupuku itu membuat telingaku seperti tersengat aliran listrik, semakin membuatku ditikam amarah. “Tidak… !Masalahnya...tempat itu jauh...” jawabku sekenanya.

Sayangnya, jawabanku itu tidak membuatnya tenang. Apalagi, keesokan harinya aku belum juga pergi ke toko tas untuk memenuhi janjiku, membelikan tas punggung titipannya. Tak aneh, bila ia pun kembali bertanya, “Ucu, mana tas titipanku…?”

Pertanyaan sepupuku itu membuatku tersudut di lorong kehampaan. Aku pun diliputi perasaan benci padanya, lantaran dia kembali menanyakan titipan tas punggung itu, sementara uang yang ia titipkan sudah ludes karena telah kugunakan untuk bersenang-senang.

Aku seketika dibakar api amarah. Aku tidak terima pertanyaan yang seolah-olah menghakimi diriku. Ubun-ubunku terasa panas. Otakku tidak lagi bisa berpikir jernih. Ia begitu menyengatku hingga, tanpa berpikir lagi, kumuntahkan kemarahanku kepadanya. Tiba-tiba, kuambil sebatang kayu (dari patahan bangku). Kupukul pundaknya dan kutampar kepalanya dengan kesalnya. Kulihat memar dan luka di bagian kepalanya. Ia pun menangis. Tiba-tiba aku tersadar kembali.

Segumpal penyesalan merasuk di hatiku . Seharusnya, aku tak bertindak seperti itu. Seharusnya, aku memberikan kasih sayang padanya, menolongnya dalam kesusahan, agar sepupuku itu sabar dan tabah jadi anak yatim dalam menjalani hidup untuk meraih cita-cita yang diimpikannya.

Tapi, semua itu tidak aku pikirkan. Aku jadi sedih.

Balasan dari Allah

Dua bulan setelah menganiaya anak yatim yang masih sepupuku itu, Allah memberi tamparan kepadaku. Kala itu, ketika mengendarai sepeda motor bersama seorang teman untuk nonton konser musik di sebuah mal di Karawang, peristiwa nahas menimpaku.

Dalam perjalanan menuju mal itu, kami mengalami kecelakaan tragis di jalan beraspal di Lemah Abang Citaryk, daerah Jatirejo, Kecamatan Cikararang Timur, persis daerah Persawahan, 100 meter dari pintu lintasan kereta api. Sewaktu kami menyalip bis berkecepatan tinggi, tanpa kami duga, ternyata ada truk melaju begitu kencangnya. Kami tak bisa menghindar dari momen yang tak menguntungkan itu. Akhirnya, kami menubruk truk yang melaju dari depan itu.

Setelah motor yang kami kendarai itu menubruk truk, aku jatuh terpelanting di jalan beraspal. Tubuhku memantul dan lantas tersuruk ke pinggiran jalan beraspal, yang penuh kerikil tajam. Seketika aku pun mengalami pendarahaan hebat dan patah tulang.

Kejadian itu seperti sebuah mimpi. Aku seperti sedang mengalami mati suri. Aku tak sadarkan diri. Konon, dari cerita yang sempat kudengar, banyak petani yang kebetulan bercocok tanam di sawah berlarian menolongku, dan segera melaporkan tragedi kecelakaan itu ke aparat setempat (polisi). Karena kondisiku sedang kritis, maka aku pun dilarikan ke rumah sakit terdekat, Rumah Sakit Medika Cikarang Baru.

Sempat Hilang Ingatan

Di Rumah Sakit Medika Cikarang Baru itu, aku dirawat kurang lebih selama dua belas hari. Selain mengalami pendarahan dan patah tulang, aku ternyata mengalami hilang ingatan (amnesia). Keluargaku panik sekali dan bingung bukan main. Saat bingung itulah, saudara kandung Siti Rahayu yang tahu aku kerap menganiaya sepupuku yang yatim berinisiatif untuk meminta maaf. Bahkan, paman Siti Rahayu memintanya untuk mendoakanku agar segera sembuh dan pulih kembali.

Saat itu, kata keluargaku, aku hampir amnesia seumur hidup. Bermacam-macam obat yang diberikan orangtua telah aku konsumsi. Aku diingatkan dengan sejumlah foto orang yang pernah kukenal sejak kecil. Juga foto-foto kedua adikku. Aku diminta belajar terus-menerus untuk mengenal huruf-huruf abjad agar kembali ingat dan sembuh dari penyakitku seperti sedia kala. Bermacam cara telah diterapkan dan dipraktekkan kedua orangtuaku, tetapi belum juga memberikan hasil.

Akhirnya, Siti Rahayu, anak yatim yang masih sepupuku itu, mau memaafkanku. Bahkan ia mau mendoakanku agar lekas sembuh. Waktu itu, Sity Rahayu memintaku untuk bersabar menghadapi cobaan itu. Ia mendoakanku seraya mengutip QS. Yaasiin [36]: 83, “Fa subhaana alladzy biyadihi malakutu kulli syaiin wa ilaihi turja’un..” [Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Setelah didoakanya, sebuah keajaiban tiba-tiba terjadi. Aku yang semula mengalami nyeri kepala dan sekujur tubuh terasa pegal dan linu, pelan-pelan mulai pulih kembali. Aku yang sebelumnya tidak mengenal siapa-siapa, setelah itu mulai bisa mengenal orang satu persatu; mulai dari keluarga hingga teman-teman dekatku. Sedikit demi sedikit, memoriku kembali pulih, daya ingatku bekerja kembali. Aku pun kembali belajar mengenali, menulis dan menghapal nama teman-temanku.

Setelah terpuruk dalam kondisi patah tulang, nyeri bagian kepala dan hilang ingatan selama satu bulan dua belas hari, akhirnya kesehatanku pulih kembali. Dan kesembuhanku ini kiranya karena Allah swt mengabulkan doa anak yatim yang telah kuaniaya itu, sepupuku yang sudah kuzalimi itu. Ah, aku kian menyesal. Aku merasa berdosa sekali kepadanya.

Aku yang sudah sering menzaliminya, merampas hak miliknya, tetapi masih mau memaafkanku, dan bahkan mendoakan kesembuhan diriku. Sejak kejadian itu, aku sadar bahwa Allah telah memberi teguran kepadaku lantaran aku pernah menghardik dan menganianya anak yatim yang masih sepupuku.

Kini, aku sadar bahwa merampas hak dan menganiaya anak yatim adalah dosa besar. Aku juga sadar bahwa menghardik anak yatim bisa mendatangkan balasan dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Bahkan, aku sepenuhnya sadar bahwa doa anak yatim itu sungguh-sungguh mustajab dan makbul, karena anak yatim itu adalah titipan Allah yang seharusnya disantuni dan disayangi, bukan untuk dizalimi atau dihardik.

Bahkan, Nabi Muhammad saw dalam haditsnya sering menyinggung bahwa ia dan anak yatim itu serupa telunjuk dan jari manis. Hal ini menggambarkan betapa Nabi sangat mengasihi anak yatim. Yah, ajaran agama memang meminta kita untuk menyayangi anak yatim. Bahkan, konon, jika kita sering berbuat baik kepada anak yatim, entah itu menyantuni, menyekolahkan hingga mengasuhnya, banyak anugerah Allah yang dilimpahkan kepada kita. Sebab, doa anak-anak yatim yang tulus sering memperlancar usaha kita. Hal ini, tentu saja, selain kita mendapatkan nikmat dunia, tapi juga mendapat keridhaan Allah.

Namun sebaliknya, apabila kita menganiaya dan menzalimi mereka, maka Allah akan melimpahkan senarai siksa pedih, baik dunia maupun akhirat kelak. Na’udzubillah.

Pedoman itulah yang saat ini kupegang dan coba kujalani. Sebenanrnya kedua orangtuaku telah mengajarkan agama kepadaku, termasuk soal penghargaan terhadap anak yatim itu. Tetapi aku tidak mengindahkannya. Aku hanyut dalam dunia pergaulan anak sekarang yang lebih banyak foya-foya dan melanggar rambu-rambu Allah. Hingga Allah kemudian menyadarkanku dengan kejadian kecelakaan tragis yang hampir merenggut ingatanku itu.

Maka, setelah sembuh, aku langsung meminta maaf kepada Siti Rahayu, sepupuku yang yatim itu. Kini, dia sudah kuanggap seperti adik sendiri, dan aku tidak akan menzalami dan menghardiknya lagi.

Kini aku sudah pulih dan sembuh seperti sedia kala. Meski sesekali kondisiku bisa kumat. Aku kadang-kadang masih merasakan nyeri di kepala jika sedang banyak pikiran atau saking pusingnya. Kendati demikian, aku bersyukur kepada Allah, karena Ia telah mengembalikan daya ingatanku. Aku tidak tahu, apa jadinya jika sepupuku yang yatim dan dulu sering kuzalami itu tidak mau memaafkan dan mendoakan kesembuhanku. Aku tak tahu apa yang akan terjadi kepadaku.

Untuk itu, aku berharap cerita ini bisa menyadarkan pembaca semua bahwa anak yatim itu adalah titipan Allah, dimana kita jangan sekali-kali menghardiknya apalagi sampai tega menganiayanya. Bukankah Allah swt dengan tegas telah memperingatkan kita semua bahwa menghardik anak yatim itu termasuk mendustakan agama, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur`an, “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim” (QS. al-Ma`un [117]: 1-2).


 

 

 

 

Sumber

Jumat, 18 Mei 2012

Jenazah Sahabat Nabi Tetap Utuh Setelah Ratusan Tahun



Jenazah Sahabat Nabi Tetap Utuh Setelah Ratusan Tahun Pada tahun 1932 (atau tahun 1351H), raja Iraq yang bernama Shah Faisal I bermimpi dimana dalam mimpinya ia ditegur oleh Hudhaifah al-Yamani (salah seorang sahabat Nabi) yang berkata:

"Wahai raja! Ambillah jenazahku dan jenazah Jabir al-Ansari (juga salah seorang sahabat nabi) dari tepian sungai Tigris dan kemudian kuburkan kembali di tempat yang aman karena kuburanku sekarang dipenuhi oleh air; kuburan Jabir juga sedang dipenuhi oleh air."

Mimpi yang sama terjadi berulang-ulang pada malam-malam berikutnya akan tetapi raja Faisal I tidak peduli dengan mimpi itu karena ia merasa ada hal-hal lain yang jauh lebih penting dalam kehidupannya yang berupa urusan-urusan kenegaraan. Pada malam ketiga Hudhaifa al-Yamani hadir dalam mimpi Mufti Besar Iraq. Hudhaifa al-Yamani berkata dalam mimpi sang Mufti itu:


"Aku telah memberitahu raja dua malam sebelumnya untuk memindahkan jenazahku akan tetapi tampaknya ia tidak peduli. Beritahukanlah kepada raja agar ia mau sedikit berempati untuk memindahkan kuburan-kuburan kami."

Lalu setelah mendiskusikan masalah ini, raja Faisal, disertai oleh Perdana Menteri dan Mufti Besar bermaksud untuk melaksanakan tugas ini. Diputuskan bahwa Mufti Besar akan memberikan fatwa mengenai hal ini dan Perdana Menteri akan memberikan pernyataan kepada pers supaya semua orang tahu tentang rencana besar ini. Kemudian diumumkan kepada umum bahwa rencana ini akan dilangsungkan pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat Dzhuhur dan Ashar. Kuburan kedua sahabat Nabi itu akan dibuka dan jenazahnya (atau mungkin kerangkanya) akan dipindahkan ke tempat lain.

Karena pada waktu itu sedang musim haji, maka para jamaah haji juga ikut berkumpul di kota Mekah. Mereka meminta Raja Faisal I untuk menunda rencana itu selama beberapa hari agar mereka juga bisa melihat dengan mata kepala sendiri proses ekskavasi dari kedua tubuh sahabat nabi itu. Mereka ingin agar proses ekskavasi itu ditunda hingga mereka selesai beribadah haji. Akhirnya Raja Faisal setuju untuk menangguhkannya dan mengundurkannya hingga tanggal 20 Dzulhijjah.


Setelah shalat Dzuhur dan Ashar, pada tanggal 20 Dzulhijjah tahun 1351 (Hijriah) atau tahun 1932 Masehi, orang-orang berdatangan ke kota Baghdad. Yang datang bukan saja kaum Muslimin melainkan juga kaum Non-Muslim. Mereka berkumpul di kota Baghdad hingga penuh sesak. Ketika kuburan Hudzaifa al-Yamani dibuka segera mereka melihat bahwa kuburan itu dipenuhi air di dalamnya. Tubuh Hudzaifa al-Yamani diangkat dengan menggunakan katrol dengan sangat hati-hati agar tidak rusak dan kemudian jenazah yang tampak masih sangat segar itu dibaringkan di sebuah tandu. Kemudian Raja Faisal beserta Mufti Besar, Perdana Menteri dan Pangeran Faruq dari Mesir mendapatkan kehormatan untuk mengangkat tandu itu bersama-sama dan kemudian meletakkan jenazah segar itu ke sebuah peti mati dati kaca yang dibuat khusus untuk menyimpan jenazah-jenazah itu. Tubuh Jabir bin Abdullah Al-Ansari juga dipindahkan ke peti mati dari kaca yang sama dengan cara yang sama hati-hatinya dan dengan segenap penghormatan.

Pemandangan yang sangat menakjubkan itu sekarang sedang dilihat oleh banyak orang laki-laki dan perempuan, muda dan tua, miskin dan kaya, Muslim dan Non-Muslim. Kedua jenazah suci dari sahabat sejati Nabi yang kurang dikenal kaum Muslimin ini kelihatan masih segar dan tak tersentuh bakteri pengurai sedikitpun. Keduanya dengan mata terbuka menatap kedepan menatap kenabian yang mana keduanya membuat para penonton terperangah dan tak bisa menutup mulutnya.

Kebisuan mengharu biru ...

Mereka seolah tak percaya atas apa yang mereka saksikan pada hari itu.

Selain tubuh keduanya yang tampak segar bugar, juga peti mati mereka yang juga tampak masih utuh dan baru; juga pakaian yang mereka kenakan pada saat dikubur semuanya utuh dan kalau dilihat sekilas seolah-olah kedua sahabat nabi dan pahlawan Islam ini masih hidup dan hanya terbaring saja.

Kedua jasad suci ini akhirnya dibawa dan dikebumikan kembali di kuburan yang baru tidak jauh dari kuburan sahabat sejati nabi lainnya yaitu Salman Al-Farisi yang terletak di SALMAN PARK kurang lebih 30 mil jauhnya dari kota Baghdad. Kejadian ajaib ini sangat mengundang kekaguman para ilmuwan, kaum filsafat, dan para dokter. Mereka yang biasanya sangat sering berkicau memberikan analisa sesuai dengan bidangnya masing-masing, kali ini tertunduk bisu terkesima dengan kejadian yang teramat langka.

Salah satu dari mereka ialah seorang ahli fisiologis dari Jerman yang kelihatan sekali sangat tertarik dengan fenomena ini. Ia sangat ingin melihat kondisi tubuh jenazah kedua sahabat nabi itu yang pernah dikuburkan selama kurang lebih 1300 tahun lamanya. Oleh karena itu, ia serta merta langsung mendatangi Mufti Besar Iraq. Sesampainya ia di tempat dimana peristiwa akbar itu terjadi, ia langsung memegang kedua tangan sang Mufti dengan eratnya sambil berkata:

"BUKTI APALAGI YANG BISA LEBIH MENGUATKAN BAHWA ISLAM ITU BENAR. AKU SEKARANG AKAN MASUK ISLAM DAN TOLONG AJARI AKU TENTANG ISLAM"

Di hadapan orang banyak beribu-ribu jumlahnya yang menyaksikan dirinya, dokter dari Jerman itu menyatakan keIslamannya. Demi melihat itu banyak orang lainnya yang beragama Kristen atau Yahudi turut juga menyatakan diri sebagai Muslim pada saat itu karena mereka telah melihat bukti yang sangat nyata dipampangkan di depan mereka. Ini bukan yang pertama dan terakhir. Masih banyak lagi kaum Nasrani dan Yahudi serta dari agama lain yang berbondong-bondong masuk Islam karena telah menyaksikan atau turut mendengar kejadian aneh nan menakjubkan.

 

 

Sumber

Kamis, 17 Mei 2012

Luar Biasa, Ayat Alquran Muncul di Tubuh Bayi



DAGESTAN -- Seorang bayi berusia sembilan bulan bernama Ali menjadi perhatian umat Islam di Republik Dagestan, Rusia.  Betapa tidak. Di bagian kaki sang bayi ajaib itu terdapat tulisan ayat Alquran.


Sejak kelahirannya, tanda lahir dalam bentuk tulisan Arab telah muncul di tubuh Ali. "Awalnya, ada hematoma di dagunya. Ketika memar itu meledak, kami melihat kata 'Allah'," ujar Madina Yakubova, ibu sang bayi ajaib itu.

Yang lebih menakjubkan, pada kaki sang bayi terdapat tulisan, ''Allah-lah pencipta seluruh alam semesta."

Ketika lahir, Ali pertama kali didiagnosis menderita penyakit jantung dan kelumpuhan serebral infantil. Namun, saat diperiksa lagi Ali dinyatakan sehat. Fenomena itu menarik perhatian Muslim Dagestan. Setiap hari rumah Ali dikunjungi ratusan orang yang penasaran dengan Keagungan dan Kuasa Sang Khalik, Allah SWT.

Ini dia videonya:





 

 

 

Sumber


Sebelum Meninggal Dia Mengatakan, "Aku Mencium Bau Surga!"



 

Dalam sebuah hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Ada tujug golongan orang yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari tiada naungan seleain dari naunganNya... di antaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah."

Dalam sebuah hadits shahih dari Anas bin an-Nadhir ra, ketika perang Uhud ia berkata, "Wah... angin Surga, sungguh aku mencium bau Surga yang berasal dari balik gunung Uhud."

 

Seorang Dokter bercerita kepadaku, Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata seorang pemuda yang sudah meninggal -semoga Allah merahmatinya. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

 

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit atau mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah marah dan jengkel? Atau apa?

 

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka. "Jangan khawatir! Saya akan meninggal... tenanglah... sesungguhnya aku mencium bau Surga!" Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat trsebut di hadapan para dokter yang sedang merawatnya, ia berkata kepada mereka, "Wahai saudara-saudara, aku akan mati, janganlah kalian menyusahkan diri sendiri... karena sekarang aku mencium bau Surga."

Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, "Asyhadu alla ilaha illAllah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah". Ruhnya melyang kepada Sang Pencipta.

Allohu Akbar... Apa yang harus kukatakan dan apa yang harus aku komentari... semua kalimat tidak mampu terucap... dan pena telah kering di tangan... aku tidak kuasa apa-apa kecuali hanya mengulang-ulang firman Allah.

"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrahim [14] : 27)

 

Tidak ada yang perlu dikomentari lagi. Ia melanjutkan kisahnya. Mereka membawanya untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudaranya Dhiya' di tempat memandikan mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terkahir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesuah shalat Magrib pada hari yang sama.

 

1. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat." Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.

 

2. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga para persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Padahal tubuh rang yang sudah meninggal itu dingin, kering dan kaku.

 

3. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.

Subhanalloh...sungguh indah kematian seperti ini. Kita mohon semoga Alloh menganugerahkan kita husnul khatimah.

Saudara-saudaraku tercinta... kisah belum selesai... saudara Dhiya' bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang biasa ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabannya?

 

Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya? Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia mendapatkan husnul khatimah yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-idamkan; meninggal dengan mencium bau Surga.

Ayahnya berkata, "Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapar melaksakan shalat Shubuh berjamaah. Ia gemar menghafal al-Qur'an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU."

 

Aku katakan, "Maha benar Alloh yang berfirman, 'Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Rabb kami ialah Alloh" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan kepadamu" Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'." (QS. Fushshilat [41] : 30-32)

 

Sumber:

(Serial Kisah Teladan; Muhammad bin Shalih Al-Qahthani)-eramuslim.

Selasa, 08 Mei 2012

Arti Sebuah Persaudaraan, Seberapa Berharga Bagi Kita?


Kisah kesuksesan nyata – Di suatu pagi yang cerah dengan udara yang sejuk di sebuah pedesaan, seorang ibu sedang bercengkerama dengan ketujuh anakya, kegembiraan dan kebahagiaan serta kebersamaan terbangun dalam keluarga itu, selang beberapa saat kemudian sang anak pertama melontarkan kalimat-kalimat bijak kepada ibunya,

Ibu…, aku memang tidak terlalu pintar dibanding teman-temanku disekolah, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat BODOH untukku

Ibu…, aku memang tidak terlalu cantik / tampan dibanding anak dari teman-taman ibu, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat JELEK untukku

Ibu …, aku memang tidak penurut seperti anak-anak yang lain, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat NAKAL untukku

Ibu…, aku memang sering khilaf melanggar aturan Agama karena ketidakberdayaanku, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat DURHAKA untukku

Ibu…, sampai hari aku belum mampu membalas segala jasamu dan belum mampu membahagiakan sebagaimana keinginanmu, tapi tolong jangan sampai keluarkan kalimat GAK TAHU DIRI untukku

Ibu…, kalau sampai hari ini aku masih sering lupa mendoakanmu karena kesibukanku, tolong jangan hentikan air mata do’amu untukku dan jangan pula sepatah kata laknatpun keluar dari bibirmu, Ibu itupun kemudian meneteskan air matanya, apa arti air mata ibu ini ?

Alkisah Beberapa tahun kemudian…., seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah setengah baya. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. ”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh…saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore untuk menengok anak saya yang ke dua”, jawab ibu itu. ”Wouw… hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak dan adik-adik nya?” ”Oh ya tentu”, si Ibu bercerita : ”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat berkerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan yang ke tujuh menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Semarang.””
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ?” Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ”Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.” kata sang Ibu.
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu… mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak ibu yang pertama, karena adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi seorang petani?”

Apa jawab sang ibu..???
Apakah anda ingin tahu jawabannya..???

……Dengan tersenyum ibu itu menjawab :
”Ooo …tidak, tidak begitu nak….Justru saya SANGAT SANGAT BANGGA dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”… Pemuda itu terbengong….

………, sejenak kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kondisi adik-adik kita hari ini ? bagaimana pula kakak-kakak kita ? lalu bagaimana pula dengan ibu dan Ayah kita…………., apa yang telah kita berikan untuk mereka, adakah setetes air mata do’a untuk keselamatan dunia dan akhiratnya? Hari ini ? kemarin ? atau esok ?

………, Semua orang di dunia ini penting. Buka mata kita, pikiran kita, hati kita. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca semua peristiwa itu sampai selesai. Orang bijak berbicara “HAL YANG PALING PENTING DI DUNIA INI BUKAN BERTANYA TERUS SIAPA KITA ? tetapi APA KARYA YANG SUDAH KITA CIPTA DAN APA YANG TELAH KITA LAKUKAN UNTUK SAUDARA-SAUDARA KITA DAN ORANG LAIN ? ”

 

 

 

 

Sumber

Antara Rp. 1.000,- dan Rp. 100.000,-


Uang Rp.1000 dan Rp 100.000 sama-sama terbuat dari kertas, sama-sama dicetak dan diedarkan oleh dan dari Bank Indonesia. Pada saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar di masyarakat.

Empat bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tdk sengaja di dalam dompet seorang pemuda. Kemudian di antara kedua uang tersebut terjadilah percakapan, yang Rp.100.000 bertanya kapada yang Rp.1000, “Kenapa badan kamu begitu lusuh, kotor dan bau amis…?

“Dijawablah oleh yang Rp. 1000, “Karena aku begitu keluar dari Bank langsung berada di tangan orang-orang bawahan, dari tukang becak, tukang sayur, penjualikan dan di tangan pengemis.”

Lalu Rp.1000 bertanya balik kepada Rp.100.000, “Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih? “Dijawab oleh Rp. 100.000, “Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik dan beredarnya pun di restauran mahal, di mall dan juga hotel-hotel berbintang serta keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet.”

Lalu Rp.1000 bertanya lagi, “Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah? “

Dijawablah, “Belum pernah.”
Rp.1000. pun berkata lagi, “Ketahuilah bahwa walaupun keadaanku sprt ini adanya, setiap Jum’at aku selalu mampir di Mesjid2, dan di tangan anak-anak yatim, bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak dipandang manusia bukan karena sebuah nilai tapi karena manfaat…”

Akhirnya menangislah uang Rp.100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tapi tidak begitu bermanfaat selama ini.

Jadi bukan seberapa besar penghasilan kita, tapi seberapa bermanfaat penghasilan itu. Karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan. Semoga kita termsuk golongan orang-orang yang selalu mensyukuri Anugerah dan memberimanfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dari sifat sombong.

Sudah mengertikah Anda siapa sebenarnya manusia yang kaya di mata Tuhan?

 

 

Sumber

Senin, 30 April 2012

Terima Kasih Telah Menjadi Bidadari yang Cantik dan Shalihah untuk Ayah



 


 - Di pagi hari menjelang siang, terlihat Pak Agus sedang mematut-matut diri di depan cermin, setelah dirasa cukup rapi dan keren, Pak Agus yang biasa di panggil ayah oleh istrinya langsung menyemprotkan parfum ke bajunya. Setelah itu Pak Agus pamit kepada istrinya untuk pergi……

“Bu… Ayah pergi dulu ya, mau ada meeting nih.”

Bu Agus yang sedang sibuk di dapur lalu menghampiri suaminya. “Memang hari Minggu gini kantor ayah ngga libur ya? Kenapa ngga besok aja meetingnya yah, kan hari Minggu waktunya berkumpul bersama keluarga.”

Dengan wajah menahan kesal lalu Pak Agus menjawab, “Ayah ada bisnis di luar kantor Bu, jadi ngga meeting di kantor, lumayan untuk uang tambahan Bu… Udahlah ngga usah banyak tanya, nanti sore juga ayah pulang kok.”

Seraya mencium tangan si ayah, Bu Agus berkata, “Ya udah, hati-hati di jalan ya Ayah, Semoga Allah selalu melindungi Ayah.”

Setelah sampai di teras, Pak Agus melihat ban mobilnya kempes, lalu dengan wajah kesal dia berkata, “Waduuuh ada-ada aja nih, orang mau berangkat ban mobil pake acara kempes lagi… Huuuhh.”

Lalu Pak Agus kembali ke dalam untuk mengganti pakaiannya yang rapi dengan kaos. Bu Agus yang tadi berada di samping Pak Agus lalu segera mengambil kunci mobil dan membuka bagasi mobil untuk mengeluarkan dongkrak, ban mobil cadangan dan peralatan lainnya. Dengan cekatan Bu Agus mendongkrak dan mengganti ban mobil yang kempes dengan ban cadangan. Sewaktu muda dulu Bu Agus adalah sosok gadis yang mandiri, pergi kuliah dan kerja Bu Agus selalu membawa mobil sendiri, dan dia juga belajar untuk mengganti ban mobil sendiri apabila sewaktu waktu ban mobilnya kempes di jalanan,

Saat Bu Agus sedang mengganti ban, Pak Agus keluar rumah bermaksud untuk mengganti ban mobilnya, tetapi ternyata dilihatnya istrinya sedang mengganti ban mobil tersebut, lalu berkata, ”Loh, kenapa Ibu yang ganti ban mobilnya? Kan tadi ayah masuk ke dalam mau ganti baju dulu lalu setelah itu mau ganti ban mobil…”

Lalu Bu Agus dengan tersenyum berkata, “Gapapa ayah, biar ibu yang ngerjain, toh Ibu udah biasa kok, udah ga asing lagi urusan pekerjaan seperti ini hehehehe, ibu takut ayah terlambat pergi ke tempat meeting…”

Tak lama kemudian ban mobil yang baru sudah terpasang, lalu Bu Agus ke dalam untuk mencuci tangan.

“Kriiingg…. kriiiiingg….” bunyi telepon rumah berdering, dengan bergegas Bu Agus mengangkat telepon rumahnya. Terdengar suara seorang wanita yang menanyakan Pak Agus…

“Hallo selamat siang, bisa bicara dengan Pak Agus?”

Dengan lembut dan sopan Bu Agus menjawab, “Assalamu’alaikum wrwb, selamat siang, maaf ini dari siapa ya?”

Wanita di seberang sana menjawab dengan nada mendesak… “Saya temennya Pak Agus, tolong cepet dong saya mau bicara sama dia.”

Lalu dengan lembut Bu Agus menjawab… “Iya…. Sebentar ya mba, Pak Agusnya saya panggilkan dulu…”

Lalu Bu Agus menghampiri suaminya di kamar yang sedang mengganti pakaian….. “Ayah, ada telepon untuk ayah…”

Lalu Pak Agus menjawab… “dari siapa Bu?”

“Katanya dari temen ayah” jawab Bu Agus.

Segera Pak Agus mengangkat telepon tersebut. Baru saja pak Agus mengucapkan salam, terdengar suara wanita di telepon marah-marah kepada Pak Agus, lalu Pak Agus menjawab…. “Iya maaf…. sabar ya, kamu tunggu aja di sana, sebab tadi aku ganti ban mobil dulu karena ban mobil ku kempes dan aku ga denger suara HP ku bunyi…”

Lalu telepon segera ditutup. Dengan terburu buru tanpa pamit lagi Pak Agus segera keluar rumah menuju mobilnya. Setelah di dalam mobil, saat menstarter mobilnya, ternyata mesin mobil tidak mau hidup, berulang kali dicoba distarter tetap mesin mobil tidak mau hidup. Lalu Pak Agus keluar untuk mengecek aki mobilnya, ternyata aki nya sudah soak. Dengan kesal Pak Agus menutup pintu mobil dengan membantingnya. Bu Agus kaget dan beristighfar mendengar suara bantingan pintu mobil tersebut, lalu bertanya pada suaminya…. “Kenapa mobilnya ayah, aki nya soak ya?”

Dengan wajah kesal Pak Agus menjawab… “Iya.”

Lalu Bu Agus berkata, “Waduuh gimana dong yah, nanti ayah terlambat meeting doong.”

Dengan wajah yang masih kesal lalu Pak Agus menjawab…. “Ya udah, hari ini ayah ga jadi meeting deh.”

Lalu Pak Agus masuk ke dalam seraya mengambil HP dan menulis sms untuk seseorang.

Terdengar suara azan Zhuhur dari masjid memanggil untuk segera melakukan shalat Zhuhur. Bu Agus mengajak suaminya untuk shalat berjamaah, tapi dengan wajah muram suaminya berkata…. “Ibu duluan aja deh shalatnya, nanti ayah nyusul sebentar lagi, mau istirahat dulu”, seraya mengambil Koran dan mencoba untuk membaca Koran di teras rumahnya.

Sebelum mengambil wudhu Bu Agus menyiapkan segelas teh manis dan sepiring pisang goreng, lalu diletakkan di meja dekat suaminya seraya berkata…. “Ini… ibu buatkan teh manis dan pisang goreng kesukaan ayah, nanti kalo udah selesai istirahatnya tolong segera shalat ya ayah…”

“Iya, terima kasih Bu…” jawab suaminya.

Setelah wudhu, Bu Agus melakukan shalat Zhuhur di dalam kamar. Di dalam shalatnya dia berdoa….

“Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosa ku dan dosa-dosa suamiku, jadikanlah keluargaku menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah, limpahkanlah taufik dan hidayahMU bagi kami, lindungilah kami dari godaan syaitan dan gangguan orang-orang yang zhalim, jagalah hati dan iman kami agar selalu terpaut padaMU ya Allah. Lindungilah suamiku di manapun dia berada, dan berilah rasa cinta kasih di antara kami berdua seperti cinta kasih antara Adam dan Hawa, berikanlah keluarga kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa kubur dan siksa api neraka Ya Allah yang Maha Mengabulkan doa, terima dan kabulkanlah doa hamba, aamiin aamiin Yaa Rabbal Alamiin…”

Sabda Rasulullah SAW: “Doa itu adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca firman Allah ta’ala (yang artinya): “Dan Tuhanmu berfirman: “berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina”

Di teras, Pak Agus yang terlihat sedang membaca Koran, sebenarnya pikirannya tidak tertuju pada Koran yang dipegangnya. Terbayang kembali olehnya saat melihat istrinya yang sedang mengganti ban mobilnya, sikap manis serta sopan istrinya saat menerima telepon dari teman wanitanya dan rasa khawatir istrinya karena takut suaminya terlambat meeting, serta sikap manis dan hormat istrinya kepadanya selama ini. Dibandingkan dengan teman wanitanya yang marah-marah hanya karena keterlambatannya dan bahkan kegagalannya untuk datang ke tempat pertemuan mereka. Terselip rasa bersalah di hatinya karena telah membohongi dan menzhalimi istrinya. Telah sebulan ini ia telah menjalin sebuah hubungan khusus dengan seorang wanita yang dianggapnya pintar, cantik dan seksi. Sebenarnya tidak ada keluhan sama sekali atau kekurangan istrinya di matanya, namun entah kenapa dia tertarik dengan wanita teman sekantornya yang mencoba menarik perhatiannya dan menggodanya….. “Astaghfirullahaladziim….”

Mungkin memang Allah tidak mengizinkan perselingkuhan yang akan dilakukannya, terbayang kembali saat ia akan pergi, ban mobilnya kempes, lalu dengan ketulusan dan keikhlasan istrinya ban mobil tersebut diganti oleh istrinya, kemudian aki nya soak. “Hmmmm……berarti Allah benar-benar tidak meridhai dengan apa yang akan aku lakukan, benar-benar tidak meridhai kebohongan dan kezhalimanku kepada istriku….”

“Masya Allah….. Ya Allah ampuni lah dosa-dosa hambaMU ini yang telah menzhalimi istriku yang baik, cantik dan shalihah, sungguh hamba menyesal ya Allah.” Dalam hati dia berjanji untuk menghentikan perselingkuhannya saat ini juga dan akan meminta maaf pada istrinya. Lalu dengan bergegas Pak Agus ke dalam untuk mengambil wudhu dan melakukan shalat Zhuhur. Di dalam shalatnya dia berdoa … “Ya Allah ampunilah atas semua dosa-dosa dan kesalahanku, terima kasih telah Engkau kirimkan padaku seorang bidadari cantik dari surga yang telah mendampingiku selama ini, ampuni hamba yang telah menzhaliminya, kuatkan lah hati dan imanku ya Allah, agar hamba tidak tergoda oleh bujukan syaitan dan orang-orang yang zhalim dan berilah rasa cinta kasih antara aku dan istriku seperti cinta kasih antara Adam dan Hawa, berikanlah keluarga kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa kubur dan siksa api neraka, aamiin Yaa Rabbal Alamiin..”

Doa adalah sebagai pelindung dan senjata kepada setiap orang mukmin dari godaan dan hasutan syaitan serta dari kejahatan manusia. Lalu setelah shalat, dengan penuh kasih sayang Pak Agus mencium kening istrinya sambil berkata…. “Maafkan Ayah ya Bu, dan terima kasih telah menjadi bidadari yang cantik dan shalihah untuk ayah selama ini.”

Dengan penuh kebingungan Bu Agus menjawab, “Iya Ayah, terima kasih juga telah menjadi suami dan imam yang baik dan shalih selama ini.”

Pak Agus dan Bu Agus adalah type keluarga yang harmonis, beriman kepada Allah, berkecukupan akan harta dan memiliki sepasang anak yang tampan dan cantik. Namun sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Ankabuut ayat 2 berikut ini:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?”

Dan di dalam Surat Al-Kahfi ayat 7 yang artinya sebagai berikut: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagi manusia, agar kamu menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya “.

Dalam cerita ini Pak Agus mendapat ujian dari Allah atas komitmen dan kesetiaannya kepada Allah dan istrinya

Di dalam Surat Al Baqarah ayat 153 berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Bu Agus dengan kesabaran dan keimanannya kepada Allah selalu bersikap baik dan sabar kepada suaminya dan selalu berdoa kepada Allah untuk kebaikan dirinya dan keluarganya di dunia dan akhirat. Berkat doa dan kesabaran Bu Agus, akhirnya Pak Agus diberi kesadaran oleh Allah atas kesalahan yang telah diperbuatnya selama ini.


 

 
Sumber: http://www.dakwatuna.com

Kamis, 26 April 2012

Binaragawan Cilik Jago Push-Up di Atas Botol


Di usianya yang masih belia, bocah asal Roma, Italia ini telah memecahkan dua rekor dunia dan diklaim sebagai binaragawan termuda dan terkuat.

GIULIANO Stroe memang masih berusia 7 tahun, tapi dia tidak sama seperti anak-anak sebayanya.

Di usianya yang masih belia, bocah asal Roma, Italia ini telah memecahkan dua rekor dunia dan diklaim sebagai binaragawan termuda dan terkuat.

Giuliano bahkan mahir melakukan gerakan push-up di atas botol!

Seperti dilansir Huffington Post, Giuliano tercatat dalam Guinness World Records dengan dua titel sekaligus. Rekor pertama yang diraihnya yaitu berjalan dengan tangan tercepat sambil mengempit bola pemberat di antara kedua kaki.

Selain itu, Giuliano juga memecahkan rekor air push-up terbanyak. Air push-up adalah melakukan gerakan seperti push up, namun dengan kaki terangkat di udara. Giuliano mampu melakukan gerakan ini lebih banyak dari saingannya yang lebih dewasa.

Giuliano telah berlatih binaraga sejak usia 2 tahun. Rekor dunia pertama kali diperolehnya setelah tampil di sebuah tayangan televisi di Italia.

Di program variety show itu, Giuliano berjalan dengan tangan sambil kakinya mengempit weight ball, bola dengan beban yang sering digunakan saat berolahraga. Giuliano melakukan gerakan ini hingga jarak 30,5 meter.

Walau disebut sebagai jagoan cilik karena fisiknya yang tangguh, keberadaan Giuliano sempat dikecam karena latihan binaraga tidak baik bagi anak-anak.

Terlebih karena tubuh Giuliano masih dalam masa pertumbuhan. Ayah Giuliano, Iulian Stroe menyebutkan, proses latihan yang dilakukan anaknya tidak akan berbahaya karena selalu berada dalam pengawasan.

“Sejak kecil, dia selalu menemani saya ke gym. Saya selalu membawa Giuliano saat saya sedang berolahraga,” tutur Iuliano kepada Weekly World News.

“Saya selalu menemani Giuliano latihan dan tidak pernah membiarkannya berlatih sendiri. Dia cuma anak-anak. Kalau dia capek, saya akan membiarkannya bermain,” tandas lelaki 33 tahun itu.

(rere/gur)

 

 

 

Sumber

Selasa, 24 April 2012

Kisah Penggembala Miskin


Selama Periode Musim Semi dan Gugur, ada seseorang penggembala bernama Song Lingzi. Dia hidup sangat miskin namun penuh arti dan bahagia. Sementara itu, ada seorang pria kaya bernama Wei Wenhou seringkali menertawakan hidup Song dan  bahkan dengan nada menghina.

Suatu hari Wei berkata pada Song, “Hidup Anda selalu miskin, apakah Anda menginginkannya seumur hidup?”

Song tidak menghiraukan sindiran Wei dan menatapnya beberapa saat. Dengan lembut Song berkata, “Anda tidak perlu mengkhawatirkan saya, dan biarkan saya menjelaskannya.

Beberapa hari yang lalu, saya bermimpi seorang pria kaya yang memiliki 99 ternak domba, namun dia ingin menggenapkannya menjadi 100 ekor. Orang kaya tersebut terus saja memikirkannya, namun dia tidak dapat menemukan seekor domba pun yang dijual.

Akhirnya dia menemukan seorang tetangganya yang miskin memiliki seekor domba. Orang kaya ini pergi ke tetangganya dan memohon pada tetangga miskin itu untuk menjual padanya.”

Song melanjutkan, “Jika seseorang yang super kaya masih membutuhkan bantuan dari yang lain akan sangat sulit mengatakan siapa yang sebenarnya kaya dan siapa yang sebenarnya miskin.”

Akhirnya Song membuat kesimpulan, “Seorang yang kaya belum tentu benar-benar kaya, seorang yang miskin belum tentu benar-benar miskin.”  (Secret China/Epochtimes/noe)

 

 

 

Sumber

Kejujuran Prajurit Alexander



Pada suatu hari Alexander Agung sedang berjalan-jalan di taman, di paviliun samping sungai dia melihat seorang prajurit sedang tertidur nyenyak bersandar di pilar, di pipinya terlihat bekas airmata.

Alexander Agung merasa agak aneh, ketika dia ingin berteriak membangunkan prajurit malas tersebut, tetapi setelah berpikir sebentar dia membatalkan niatnya, karena dia melihat sepucuk surat yang terjatuh dari saku prajurit ini.

Didorong oleh rasa ingin tahu, Alexander Agung memungut surat tersebut.

Surat ini berasal dari ibu prajurit tersebut, didalam surat ditulis uang yang dititipkan beberapa waktu yang lalu sudah diterima, cukup membeli obat untuk dimakan beberapa waktu, berpesan kepada anaknya jangan mengkhawatirkan penyakit ibunya…..

Setelah membaca surat tersebut Alexander Agung dapat merasakan keagungan ibu tersebut, hatinya bagaikan dialiri oleh perasaan hangat.

Lalu dia mengeluarkan sekantong koin emas, beserta dengan surat tersebut dimasukkan kembali ke saku baju prajurit tersebut, berbalik dan kembali ke istana.

Segera setelah prajurit ini terbangun, tergesa-gesa dia meraba ke kantong sakunya mencari surat dari ibunya, secara tak terduga dia menemukan di kantong sakunya ada sekantong koin emas, kantong yang berisi emas ini ada sulaman emas tertulis nama Alexander Agung, prajurit ini tiba-tiba sekujur badannya mengeluarkan keringat dingin, hatinya merasa sangat ketakutan, dia berpikir pasti ada orang yang ingin mencelakakannya, dalam rangka mengklarifikasi diri sendiri, dia tergesa-gesa pergi ke istana menghadap  raja Alexander Agung.

Alexander Agung setelah mendengar prajurit ini ingin bertemu dengannya, segera keluar dan berkata, “Prajurit, engkau ada masalah apa ingin bertemu dengan diriku?”

“Paduka terhormat, hamba tadi tidak mematuhi peraturan sewaktu bertugas tertidur sebentar, setelah bangun menemukan di kantong saku hamba ada sekantong koin emas, pasti ada orang yang ingin memfitnah saya mencuri emas paduka, paduka tolong selidiki hal yang sebenarnya terjadi, hamba tidak mencuri.” Setelah selesai berbicara prajurit ini membawa kantong koin emasnya diserahkan kepada Alexander Agung.

Setelah mendengar perkataan prajurit ini, Alexander Agung tersenyum ramah sambil berkata, “Kelihatannya engkau orang yang jujur, sekantong koin emas ini adalah hasil dari kejujuran anda, sekarang engkau dapat membawanya pulang ke rumah, untuk biaya perawatan dan pengobatan ibumu, sampaikan salam saya untuk ibumu.”

Kejujuran adalah bias dari pikiran yang murni, tidak hanya dapat menerangi diri sendiri, juga dapat menghangatkan orang lain. Seseorang yang memiliki kejujuran, juga memiliki seluruh emas dalam kehidupannya. (hui)

 

 

 

 

Sumber

Senin, 23 April 2012

Berapa lama Anda Menyumpahi Anak Anda?


Cerita ini adalah kisah nyata. Di Kota Portland, Negara Bagian Oregon, AS, hidup seorang pendeta bersama istrinya juga seorang putra. Putra mereka tersebut telah membawa banyak sekali kerisauan kepada mereka.

Bukan hanya itu saja, putra mereka ini telah meninggalkan rumah selama 3 - 4 tahun lamanya dan sama sekali tidak ada kabar beritanya. Karena itu, pendeta tersebut mencari seorang psikiater untuk mengkonsultasikan masalah ini, pendeta tersebut telah mengungkapkan segala penderitaan hatinya. Psikiater  tersebut menatap dalam-dalam pada pendeta dan berkata, “Sudah berapa lama Anda telah mengutuk anak Anda itu?”

Dengan terkejut dan keheranan pendeta tersebut bertanya, “Anda mengatakan saya telah mengutuk anak saya, apa maksud perkataan Anda itu?”

Psikiater itu menjawab, “Yang saya maksud dengan mengutuk itu artinya membicarakan kejelekannya. Bukankah sejak tadi yang Anda katakan semuanya tentang kejelekan anak Anda. Sudah berapa lamakah Anda berbuat demikian?”

Dengan kepala menunduk pendeta tersebut menjawab, “Memang benar, sejak dia lahir saya sudah mengutuknya sedemikian rupa hingga sekarang, saya sama sekali tidak pernah berkata dengan perkataan yang baik terhadap anak itu.”

Psikiater itu lalu berkata, “Kalau begitu hasil Anda pasti sia-sia belaka, betulkan?”
Pendeta itu menjawab, “Benar.”

Setelah itu Psikiater tersebut berkata lagi, “Saya ingin memberikan tantangan kepada Anda dan istri, dalam dua bulan ke depan, ketika Anda teringat tentang anak itu, Anda harus memberi restu kepadanya, jangan memikirkan ketidak-baikannya. Saya ingin kalian berdoa kepada Tuhan untuk memberikan berkah anak itu. Ketika kalian membicarakan tentang anak itu, saya ingin kalian mengingat sisi baik dari anak itu, semua tentang kebaikan dia.”

Setelah pendeta itu pulang ke rumah, dia memberitahukan hal tersebut kepada sang istri, mereka setuju dengan saran psikiater itu, dan melakukan sesuai anjurannya. Ketika mendoakan anak mereka, memohon kepada Tuhan agar bisa memberi berkah kepadanya. Ketika mereka membicarakan tentang anak mereka, selalu mencoba mengingat kebaikan anak itu. Setiap hari mereka melakukan hal ini secara terus menerus.

Kira-kira setelah lewat 10 hari, ketika pendeta itu sedang membaca buku, telepon rumahnya berdering. Memang benar, orang yang berada di ujung telepon sebelah sana adalah putranya. Sang putra berkata, “Ayah, saya sungguh tidak bisa memastikan mengapa saya telepon mencari ayah, saya hanya ingin memberitahu bahwa selama satu minggu yang lalu, saya selalu teringat pada ayah dan ibu, oleh sebab itu saya hanya ingin menelepon ayah, untuk mengetahui apakah kalian baik-baik saja.”

Ayah tersebut berkata, “Anakku! Ayah benar-benar gembira sekali, engkau telah menelpon ayah.” Kemudian mereka berdua bercengkrama di telepon selama beberapa menit, akhirnya sang ayah bertanya, “Ayah tidak tahu bagaimana maksud hatimu, tetapi apakah kamu mau makan siang bersama pada akhir pekan ini?” Anaknya itu menyetujui dengan bergembira.

Akhir pekan pada waktu jam makan siang, ayah dan anak tersebut saling bertemu. Si putra mengenakan pakaian yang sudah usang, rambutnya tampak awut-awutan. Dulu, si ayah pasti akan menegur keras putranya, namun kali ini ayah itu bersikap menerima terbuka putranya, dan dalam hati mengucapkan syukur. Setelah dia menanyakan beberapa pertanyaan kepada putranya, dia lalu diam mendengarkan jawaban sang putra. Ketika putranya menjawab pertanyaan dengan benar, dia juga membenarkan.

Perjumpaan makan siang hampir selesai, si putra memandang ayahnya dan berkata, “Ayah, saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi saya sangat menikmati kebersamaan ini.” Ayahnya lalu menjawab, “Nak, ayah juga merasakan hal yang sama!”

Putra itu berkata lagi, “Oh ya, ayah bolehkah malam ini saya bermalam di rumah? Hanya malam ini saja, saya ingin menjenguk ibu dan saudara lain, juga ingin tidur di kasur saya yang lama itu.”
Ayah ini menjawab, “Sudah tentu boleh! Kami merasa sangat senang sekali, kamu boleh tinggal bersama kami lagi.”

Dalam sehari ini, hati ayah itu merasa terkejut bercampur gembira, dia menyadari ketika dia berhenti mengutuk dan menggantinya dengan restu, keadaannya mengalami perubahan yang sangat drastis.

Malam itu, ketika sang putra sedang merebahkan diri di atas ranjang, ayahnya masuk ke dalam kamar dan duduk di samping anaknya lalu berkata, “Anakku, selama bertahun-tahun ini sikap ayah terhadapmu sangat tidak baik, maukah kamu memaafkan ayah!”

Anak itu menjawab, “Ayah, saya tentunya sudah memaafkan ayah!” Kemudian anak itu duduk dan memeluk ayahnya, sejak saat itu hubungan mereka berdua menjadi baik.

Namun hubungan baik ini sebenarnya dimulai sejak kapan? Dimulai sejak kedua orangtua tersebut mulai bersyukur dan merestui anak mereka.

Saya tidak begitu memahami apa sebabnya, tetapi saya tahu ketika kita mau bersyukur dan merestui orang lain serta tidak lagi mengutuk orang tersebut, maka Tuhan juga bisa memperhatikan doa restu kita. Buah apa yang kita tanamkan hasilnya sudah pasti juga adalah buah itu pula. Jika kita menaburkan bibit kutukan, maka hasil yang akan kita terima juga kutukan pula; Jika kita menaburkan benih bersyukur, maka hasil yang akan kita terima juga bersyukur.

 

 

 

 

Sumber

Kejujuran adalah Emas


Zaman dahulu di Tiongkok, ada dua toko penjual beras di sebuah kota yakni toko beras HongChang dan toko beras Yong Yu.

Pemilik toko Yong Yu sangat licik. Dia tahu bahwa tidak mudah untuk hidup dari menjual beras, jadi dia mencoba cara “cerdik” untuk memperoleh keuntungan tambahan.

Suatu hari pemilik toko Yong Yu mengundang ahli timbangan ke toko dan berkata, "Tolong sesuaikan timbangan 15,5 ons satu jin (biasanya harus 16 ons). Saya akan bayar dua kali lipat pekerjaan Anda." Ahli timbangan tertarik pada uang tambahan, sehingga dia lupa etika profesionalnya. Setelah memberikan arahan, pemilik toko kembali bekerja.

Pemilik toko itu memiliki empat anak dan mereka semua membantu di toko. Putra bungsunya baru saja menikah dan pengantin barunya adalah putri pengacara yang mendengar pemilik toko berbicara kepada ahli timbangan dari kamar sebelah. Setelah merenungkan situasi untuk sementara waktu, ia memutuskan untuk berbicara dengan ahli timbangan.

"Ayah mertua agak bingung, dan apa yang dia katakan tidak ada artinya," kata istri putra bungsunya. "Silakan menyesuaikan skala untuk 16,5 ons satu jin. Saya akan membayar Anda dua kali lipat biaya normal. Namun, Anda tidak boleh memberitahu ayah mertua saya tentang ini,” lanjutnya.

Ahli timbangan sangat gembira dan dia langsung setuju untuk menyesuaikan timbangan dengan permintaan wanita muda itu, tidak butuh waktu lama baginya untuk melakukannya. Karena ahli timbangan telah bekerja bertahun-tahun bagi pemilik toko beras, tidak seorangpun mempertanyakan pekerjaannya.

Setelah beberapa saat, bisnis mulai meningkat bahkan pelanggan dari toko beras lainnya datang ke toko Yong Yu untuk membeli beras. Beberapa bulan kemudian, orang dari seluruh penjuru kota datang ke toko ini untukmembeli beras. Toko beras lainnya akhirnya keluar dari bisnis ini dan menjual habis kepada pemilik Yong Yu.

Pada malam Tahun Baru China, seluruh keluarga berkumpul dan makan pangsit. Pemiliknya sangat senang dan memberi seluruh keluarganya sebuah pertanyaan: "Apa rahasia keberhasilan toko?" Semua orang menduga dan perbincangan menjadi bergairah. Jawaban berkisar antara "Anugrah Tuhan", kemampuan " ayah mereka", " fengshui yang baik", "kerja sama yang baik ", dan lain-lain.

Ayahnya tertawa dan berkata, "Tidak satupun itu. Ini berkat timbangan toko. Timbangan kita menjual 15,5 ons satu jin dengan demikian, kita memperoleh setengah ons lebih keuntungan untuk setiap jin yang kita jual."

Banyak anggota keluarga memuji orang tua itu karena kebijaksanaannya. Orang tua itu sangat senang dan membelai jenggotnya berkali-kali. Pada saat ini, istri putra bungsu itu berdiri perlahan dan berkata kepada ayah mertuanya, "Saya memberitahu Anda sesuatu yang sangat penting, tapi saya meminta pengampunan Anda sebelum saya mengatakannya."

Orang tua itu mengangguk untuk menunjukkan persetujuannya. Wanita muda itu berkata, "Ya, timbangan kita memang membuat kita beruntung, tapi itu karena memberikan 16,5 ons satu jin, bukan 15,5."

Dia memberitahu semua orang bagaimana dia membayar ahli timbangan biaya ekstra untuk menyesuaikan timbangan. Lalu dia berkata, "Kita melakukan kejujuran. Ya, kita membuat laba per jin kurang, tapi kita menjual beras lebih banyak."

Semua orang kaget, dan orang tua bahkan memeriksa timbangan untuk memastikan apakah menantunya itu benar. Benar saja, timbangan diukur 16,5 ons satu jin. Orang tua itu diam-diam masuk ke kamar tidurnya.

Keesokan harinya, pada Tahun Baru China, orang tua itu mengumpulkan seluruh keluarga setelah sarapan. Dia mengambil kunci toko dari pinggangnya dan berkata, "Saya sudah tua dan tak berguna. Saya merenungkan semalaman dan memutuskan untuk memberikan menantu perempuan saya mengelola toko. Mulai sekarang, semua orang mendengarkan dia." (SecretChina/art/asr)

 

 

 

Sumber