Jumat, 03 Agustus 2012

Masya Allah! Ibu Ini Melahirkan Bayi di Tengah Jalan



Melahirkan seorang bayi adalah anugerah dan momentum paling bersejarah dalam kehidupan seorang wanita.

Tapi, siapa sangka kalau momentum bersejarah itu harus terjadi di sebuah tempat yang tak layak untuk melahirkan.


Disaksikan Banyak Orang, Persalinan Darurat itu Berjalan Sukses
Itulah yang dialami seorang ibu di Guangzhou, ibukota Propinsi Guangdong, China, yang harus melahirkan bayinya di tengah trotoar dengan disaksikan masyarakat umum, pada Jumat (13/07) lalu.

Dilansir dari Dailymail, peristiwa itu terjadi saat wanita itu ditemani suaminya dalam perjalanan menuju ke ke rumah sakit.

Mendadak, wanita itu merasakan mules yang luar biasa di perutnya dan sudah tidak tahan lagi, karena sang jabang bayi sudah ingin keluar dari rahim ibunya.

Karena panik sementara rumah sakit yang dituju masih lumayan jauh, sang suami lari mencari bantuan ke klinik medis terdekat.

Sial! Klinik terdekat itu ternyata sebuah klinik gigi yang tak bisa melayani persalinan.

Tak kenal menyerah, suami dibantu masyarakat sekitar akhirnya membantu proses persalinan darurat itu di tengah trotoar.

Si suami mengkomandoi istrinya untuk melakukan proses persalinan dan akhirnya sang jabang bayi itu terlahir ke dunia.

Seketika itu, ibunya langsung lemas dan tak lama kemudian keduanya dibantu warga sekitar mengantar ibu dan bayinya ke rumah sakit.

Seorang saksi mata dikutip Dailymail menyebut, “Wanita tidak dapat menahan bayinya sehingga suaminya meletakkan mantel dan beberapa lembar yang disediakan warga dan melakukan apa yang seharus dilakukan. Luar biasa dan bayinya selamat”.
 
 
 
Sumber

Ibu ini Menggendong Anaknya yang Cacat Tiap Hari ke Sekolah



Betapa besarnya kasih dan pengorbanan seorang ibu...

Muslikah setiap hari harus menggendong anaknya Diky Syaputra berjalan kaki dan bersandal jepit ke sekolah. Jarak rumah di Desa Tanjung Aur, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur, Jambi ke sekolah sekitar 3-4 kilometer.



 Muslikah dan Dicky yang digendong tiap hari / langitperempuan.com






Diky Syaputra yang kini berumur 9 tahun itu menderita kelumpuhan sejak lahir. Namun semangatnya belajar tinggi. Karena itulah, sang bunda Muslikah selalu bersemangat menggendong Diky anak kesayangannya belajar di SDN 13 Maje.

Ketika tiba di sekolah, Diky belajar. Sementara bunda Muslikah menunggu di luar hingga Diky selesai sekolah dan kembali ke rumah. Perjuangan perempuan paruh baya ini tak pernah sia-sia karena Diky tergolong anak yang cerdas.

Kepala sekolah SDN 13 Maje, Sumaryana mengatakan Diky termasuk salah satu murid yang cerdas dan mempunyai semangat belajar tinggi. Keinginan Diky belajar di sekolah, bukan karena suruhan orangtuanya tapi karena keinginannya sendiri. Sejak Diky meminta bersekolah, sang ayah Wagiman yang petani itu meminta istrinya Muslikah berkonsentrasi pada pendidikan anak kesayangannya itu.

Berkat semangatnya yang tak pernah padam itu, pemerintah Kabupaten Kaur, menobatkan Muslikah sebagai Srikandi Pendidikan. Penobatan dilakukan saat memperingati hari jadi Kabupaten Kaur ke-9 di desa tertinggal Bukit Indah, Kecamatan Nasal.

“Saya melihat sendiri tahun lalu saat berkampanye untuk menjadi calon bupati Kaur, keuletan ibu rumahtangga seorang petani kurang berhasil itu menjadi tonggak sejarah pendidik,” kata Bupati Kaur, Hermen Malik.

Pada penobatan Srikandi Pendidikan itu, Muslikah mendapat beberapa bantuan dari pemerintah daerah. Bantuan tersebut antara lain sebuah generator listrik, laptop, meja belajar dan perangkat sekolah.

Bunda Muslikah bersyukur anaknya senang sekolah dan tidak hanya sekadar diam di rumah meratapi kecacatan fisiknya. Entah sampai kapan sang ibu mampu mengantar-jemput Diky sekolah. Namun yang pasti, pasangan suami istri Wagiman dan Muslikah sangat ingin Diky Syaputra bisa meraih cita-citanya sekolah hingga ke tingkat universitas mendalami bidang elektronik yang menjadi kegemaran Diky.


 
 
 

Kamis, 02 Agustus 2012

Rindu Rumah, Bocah 11 Tahun Jalan Kaki 11 Hari di Jalan Tol

Seorang bocah 11 tahun hanya bermodal 24 yuan (setara 35 ribu Rupiah) berjalan kaki selama 11 hari sepanjang 150 km di atas jalan tol.

Wu, demikian namanya. Ia tinggal di rumah neneknya di propinsi Jianxi. Orang tuanya bekerja di kota Shishi, propinsi Fujian.




Awal Juli 2012, Wu dibawa untuk tinggal bersama orang tuanya di Shishi. Namun ia tak kerasan tinggal bersama ayah-ibunya, karena sang ayah terlalu membebani dengan banyak pekerjaan rumah.

Akhirnya, tanggal 14 Juli Wu mengambil uang 4 yuan dari dalam laci dan meninggalkan rumah. Tujuannya hanya satu, kembali ke rumah nenek.

Setelah keluar rumah, ia bingung tak tahu cara melaksanakan keinginannya. Maka Wu memutuskan berjalan di jalan tol, yang ia percaya itu satu-satunya jalan menuju rumah nenek. Yang penting ia harus berjalan secepat mungkin menuju propinsi Jiangxi agar cepat sampai.

Saat malam tiba, ia tidur di area parkir darurat (semacam tempat istirahat / rest area).

Ia sempat bingung. Uang di kantongnya hanya 4 yuan, mana cukup untuk membeli makan dan minum? Untunglah di hari pertama perjalanannya, Wu bertemu orang yang mau memberinya sedekah sebanyak 20 yuan.


Selama 11 hari perjalanan, Wu hanya bisa membeli 5 botol air mineral dan 2 potong roti. Saat bekal minumannya habis, ia terpaksa meminum air keran yang ada di rest area.

Pada tanggal 24 Juli, seorang pekerja jalan tol melihatnya. Tubuh Wu sudah hitam, berdebu, dan penuh memar. bocah ini pun segera diserahkan kepada kepolisian setempat.

Kepada polisi, Wu menceritakan semuanya.

"Awalnya saya sangat takut karena mobil-mobil berkecepatan tinggi bersliweran di depan saya, tapi akhirnya saya jadi terbiasa," katanya kepada polisi.

Akhirnya Wu dijemput orang tuanya di kantor polisi, kemudian dibawa ke rumah sakit.

 

 

 

 

Sumber